Badan terasa kurang fit. Hampir saja tertidur, padahal hampir masuk waktu salat Jumat. Salat Jumat 'kan wajib bagi laki-laki. Segera mengambil air wudu dan mengambil sajadah kecil serta songkok hitam. Masjid Jami sudah mengumandangkan azan. Wah, terlambat. Namun, biarlah daripada tidak sama sekali. Saya pun segera naik si Hitam dan menghidupkan mesinnya.Â
Kali ini saya tidak salat di masjid Jami' desa. Saya berniat salat di masjid tetangga desa. Setelah kupacu agak kencang, si Hitam pun sampai di pelataran masjid. Jika di desa saya tadi khatib baru akan membaca khutbah, di sini saya melihat jamaah sudah berdiri. Alamak, sudah mulai salat!
Saya pun segera masuk. Mengambil tempat pada barisan paling belakang. Saya menyimak bacaan sang imam. Lalu, mengikuti gerakan imam. Imam rukuk, saya ikut rukuk. Imam sujud, saya pun ikut sujud. Mengikuti ajaran guru ngaji, saya bergerak ketika imam selesai mengucapkan kata akbar pada kalimat "Allaahu Akbar!" Dengan demikian, kesalahan makmum karena mendahului imam, tidak akan terjadi.
Setelah bangun dari dua sujud, ternyata imam sudah duduk tahyat akhir. Masya Allaah, saya masbuq! Akhirnya, pada saat orang lain selesai, saya harus melanjutkan salat, menambah kekurangan rakaat.Â
Jam di dinding masjid menunjukkan pukul 12.45 WIB. Setelah berzikir dan berdoa seperlunya, saya keluar dan mengambil si Hitam. Tujuan saya adalah bengkel resmi langganan di Kota Lubuklinggau. Si Hitam, Beat Pop saya, sudah saatnya ganti oli. Oli mesin dan oli gardan sudah minta diganti. Dua bulan sejak dipakai, meskipun belum sampai 2.000 km saya selalu menguras dan mengganti olinya dengan yang baru. Tujuannya agar si Hitam tetap awet . Saya tidak melakukannya sendiri. Saya meminta tolong mekanik di bengkel resmi langganan saya.
Si Hitam Pop itu kendaraan harian istri. Sebelumnya, dipakai anak perempuan nomor dua ketika ia duduk di bangku SMA. Kendaraan yang setia mengantarkan tuannya ke tempat kerja itu harus dirawat. Saya merawat mesin maupun body-nya. Sampai di bengkel resmi langganan, saya daftarkan. Tanpa menunggu lama, si Hitam langsung ditangani mas Hardi, mekanik yang juga wali murid sekolah kami.
Sambil menunggu mekanik bekerja, saya buka-buka website tentang fungsi oli mesin, juga oli gardan pada motor matic. Melansir laman hondacengkareng.com, oli mesin berfungsi sebagai bahan pelumas dan perapat antarkomponen agar mesin berjalan dengan baik dan bebas gangguan.
Mas Hardi pun menjelaskan bahwa selain sebagai pelumas, oli mesin juga berfungsi untuk pendingin, pembersih, dan penguat komponen mesin.Â
"Lalu oli gardan sebenarnya untuk apa, Mas?"
"Oh, oli gardan pada motor matic memiliki fungsi utama sebagai pelumas pada komponen gardan. Transmisi motor kan di bagian belakang.  Oli gardan ini untuk melumasi komponen-komponen transmisi agar dapat berputar dengan lancar. Dengan adanya oli maka gaya gesekan antara komponen tersebut mengecil. Yo podo wae, oli gardan yo untuk pendingin, pelindung, dan mengurangi kebisingan komponen transmisi," jelas mekanik yang sudah saya kenal beberapa waktu itu.
Dari membaca saya akhirnya tahu juga bahwa oli gardan perlu diganti secara teratur sesuai dengan rekomendasi pabrik, karena oli gardan yang sudah kotor atau kental dapat mengurangi efektivitas pelumasannya. Akhirnya, dapat merusak komponen-komponen gardan atau transmisi belakang pada motor matic. Kalau kata Mas Hardi, dua kali ganti oli mesin, baru ganti oli gardan. Jika dua bulan sekali saya ganti oli mesin maka oli gardan saya ganti setiap empat bulan sekali seiiring dengan pergantian oli mesin.
Sementara Mas Hardi bekerja, saya menunggu dengan sabar. Gawai menjadi teman setia meskipun baterai tinggal 30 persen. WA, Twitter, dan website, dan blog teman-teman saya buka dan baca. Lumayan, pembunuh jenuh. Selain itu, mumpung masih ada daya, mengapa tidak dimanfaatkan untuk membaca?
Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba Mas Hardi mendekat.
"Pak, busi minta ganti," katanya sambil menunjukkan busi yang kelihatannya sudah aus.
"Lanjut, Mas. Aman. Ganti saja," jawab saya.Â
Saya pun mengingat-ingat uang di kantong. Ah, kalau hanya tambah ganti busi paling nambah lima belas ribuan. Total nggak mungkin sampai dua ratus ribu, begitu saya membatin. Maklum, uang di kantong tidak lebih dari dua ratus ribu.
"Ada lagi yang minta ganti, Mas?" tanya saya.
"Nggak, Pak. Cuma busi saja."
"Alhamdulillah, kalu cuman Bu Si. Jangan bae Bu e minta diganti. Aku belum siaaaap," jawabku bergurau.
Kami pun tertawa lepas. Tidak berapa lama, motor pun beres. Hari mendung, namun belum hujan. Segera kupacu si Hitam Pop kembali ke rumah
"Bu, motormu sudah beres!"Â
Musi Rawas, 10 Maret 2023
PakDSus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H