Apa itu Burnout ?
Burnout merupakan masalah kesehatan kerja dan produktivitas kerja dengan prevalensi kejadian yang terus meningkat sehingga memerlukan perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Menurut Pines & Maslach dalam Dyanda Pramana Putri (2019), burnout merupakan sindrom kelelahan, baik secara fisik maupun mental yang termasuk di dalamnya berkembang konsep diri yang negatif, kurangnya konsentrasi serta perilaku kerja yang negatif.
Faktor apa saja yang mempengaruhi Burnout ?
Lingkungan kerja dapat menentukan kemungkinan munculnya burnout seperti beban kerja yang berlebihan, konflik peran, jumlah individu yang harus dilayani, tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan rutin, ambiguitas peran, dukungan sosial dari rekan kerja yang tidak memadai, dukungan sosial dari atasan tidak memadai, kontrol yang rendah terhadap pekerjaan dan kurangnya stimulasi dalam pekerjaan. Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu (Esti Andarini, 2018)
Secara garis besar beberapa Maslach (Eliya,2015) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi burnout yaitu faktor internal atau individual dan faktor eksternal atau situasional, yang akan dijabarkan berikut ini :
Faktor Internal atau Individual
- Demografi
- Jenis Kelamin
- Usia
- Tingkat Pendidikan
- Status Perkawinan
- Etnis
- Faktor Kepribadian
- Konsep rendah diri
- Individual yang introvert
- Individual yang fleksibel
- Prefeksionis
Faktor eksternal atau situasional
- Pekerjaan
- Beban kerja
- Kurangnya kontrol
Bagaimana Cara Mencegah Bornout ?
Menurut Corliss dalam Yulianti dan Eka (2017) menyatakan beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi burnout yaitu :
- Meningkatkan kesadaran diri
- Harapan yang realita
- Dukungan professional
- Dukungan sosial
- Menetapkan tujuan
- Manajemen waktu
- Berpikir positif
- Teknik relaksasi
- Menjaga keseimbangan
- Memperhatikan hal dasar
Apa Ciri-ciri Burnout ?
Cherniss (dalam Rahman, 2007) mengemukakan bahwa gejala burnout dapat dilihat dari adanya ciri-ciri sebagai berikut : Resistensi kerja yang tinggi untuk pergi kerja setiap hari, cepat marah dan sering kesal, terdapat perasaan gagal dalam diri, rasa bersalah dan menyalahkan, keengganan dan ketidak berdayaan, negatifisme, isolasi dan penarikan diri, perasaan capek dan lelah setiap hari, sering memperhatikan jam saat bekerja, sangat pegal setelah bekerja, hilang perasaan positif terhadap klien, menunda kontak dengan klien, memutus kontak telepondan kunjungan kantor, menyamaratakan klien, tidak mampu menyimak apa yang dibicarakan klien, susah tidur dan asyik dengan diri sendiri.
Apa Dampak dari Bornout ?
Burnout juga dapat mempengaruhi performans kerja individu yang mengarah kepada bentuk penarikan diri terhadap pekerjaan, seperti ketidakhadiran, keinginan untuk berhenti kerja, dan turnover Maslach, Leiter, & Schaufeli, et al dalam Yulianti dan Eka (2017). Maslach dan Leiter mengemukakan anteseden organisasi yang dapat menyebabkan burnout di dalam lingkungan kerja, yaitu; beban kerja, pengendalian organisasi, reward, komunitas, keadilan, dan nilai (Dyanda Pramana Putri, 2019: 42).
Salah satu profesi yang dapat terpengaruh akibat burnout iyalah Profesi perawat. Perawat merupakan ujung tombak baik tidaknya pelayanan kesehatan yang di berikan kepada pasien. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang dominan (50-60% dari seluruh tenaga yang ada), dan bertugas merawat dan menjaga pasien selama 24 jam sehari. Maslach dan Jackson (dalam Guilermoet al, 2015) menyebutkan burnout perawat adalah kondisi yang menggambarkan respon terhadap stres kronis berhubungan dengan pekerjaan. Kelelahan perawat terjadi bila perawat bekerja lebih dari 80% dari waktu kerja mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H