Mohon tunggu...
Sri Susanti
Sri Susanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

menulis dan membaca dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Langit dan Derita Kehilangannya

27 Desember 2024   21:28 Diperbarui: 27 Desember 2024   21:28 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah

Malam ini hujannya sangat deras

Bahkan, angin kencang turut menyertai

Rumah yang dengan susah payah ku bangun

Dindingnya runtuh berserakan

Atap yang dulunya tersusun

Sekarang terbang tanpa tujuan

Rumah yang ku idamkan

Sekarang hanya tersisa puing puing tak terbilang

Bahkan ayah, bayangannya saja lenyap meninggalkan

Ayah

Sesakit itukah langit sampai

air matanya membawa kesedihan padaku

Sesesak itukah langit sampai

Air matanya membawa bencana padaku

 Ayah,,

Apakah sakitnya langit sesakit saat engkau meninggalkan ku?

Apakah deritanya langit

Sama seperti aku yang ditinggalkan oleh engaku wahai semestaku?

Lalu ayah

Jika langit bisa menumpahkan air mata karena sedih dan rapuh

Apakah aku juga bisa menumpahkan air mata yang beribu

Karena aku kehilangan semestaku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun