Pada dasarnya, sahur identik dengan makan sebelum imsak bagi mereka yang akan menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana dilansir dari ilmutauhid.com, sahur dalam istilah islam merujuk kepada aktivitas makan oleh umat islam di dini hari, untuk yang akan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Hal ini dilakukan untuk menggantikan makan siang pada saat menjalankan ibadah puasa. Tentunya sebagai persiapan diri untuk menjalankan puasa.
Namun, bagi kids zaman now, atau anak-anak yang hidupnya kekinian, sahur bukan hanya aktivitas persiapan puasa saja. Tapi sahur sudah menjadi bagian dari eksistensi atau menunjukkan keberadaan mereka dan juga kreativitas (dalam hal ini berbeda dengan yang sudah ada).
Dalam dua hari ini, setiap pukul 02.00 WIB, ada sebagian anak di sekitar tempat tinggal saya yang  sudah meneriakkan kata sahur. Bahkan mereka tak segan untuk berhenti sejenak di depan rumah tertentu kemudian menyebutkan nama anak penghuni rumah dan mengakhirinya dengan kata sahur.
"Ibu-ibu sahur. Bapak-bapak sahur. Atay hayu sahur," begitulah beberapa teriakan anak sambil berkeliling menabuh peralatan tempur sederhana, untuk membangunkan warga mulai  menyiapkan makanan sahur.Â
Peralatan tempur sederhana dengan memanfaatkan  peralatan memasak orang tuanya, ember, tong bekas, kayu pemukul bekas,  dan lainnya mereka rasa cukup ampuh untuk membangunkan warga sekitar. Mungkin, itu sudah biasa kalau menilik beberapa tahun ke  belakang.
Namun, itu salah satu akfivitas saja. Untuk anak zaman now (baca: yang saya tuliskan ini adalah anak di sekitar saya pada Ramadan tahun 2018), selain menyantap makanan untuk berniat puasa, ada aktivitas seru saat sahur seperti yang saya dengar, amati, cermati, lihat, dengar, dan rasakan dalam 2 hari ini.
"Eh, tahu enggak, tadi aku teriak SAHUR di grup WhatsApp sekolah," kata seorang anak perempuan dengan girang, dalam perjalanan kemarin malam menuju ke masjid tempat sholat tarawih.
saya tersenyum simpul saat berjalan di antara sekelompok remaja yang sedang mengobrol dengan temannya. Salah seorang anak menceritakan pengalamannya saat hari pertama sahur, dia mengirimkan pesan ke grup WhatsApp (WA) dengan berteriak-teriak membangunkan temannya. Dengan berapi-api dia menceritakan pengalaman hari pertamanya yang penuh canda di grup WA tersebut.
YUPS, itulah kids zaman now 2018 di sekitar saya yang memanfaatkan gawai untuk segala aktivitasnya. Mau membangunkan temannya sahur saja pakai teriak-teriak di grup WA. Iya kalau mereka yang punya kuota bisa langsung berbalas-balasan, tapi yang tidak punya kuota atau dilarang orangtuanya menggunakan gawai, tentunya tidak bisa mendengarkan teriakannya.Â
Dan ternyata, perbincangan anak-anak perempuan kelas 6 Sekolah Dasar yang baru selesai ikut UAS BN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) itu
tak hanya terbatas pada perbincangan secara tidak langsung di grup WA. Ada juga anak yang menceritakan pengalaman sahur pada hari pertama puasa dengan membuat IG Story dan unggah foto menu makanannya. Dan uniknya, ada salah satu anak yang mengaku kalau dia sih asyik nonton YouTube film Cherrybelle Love is You.
Dalam senyum, terasa miris sekali. Aktivitas seru kids zaman now pada saat sahu ini ada positif dan negatifnya juga. Tak apa sebenarnya mereka menunjukkan eksistensi dan kreativitas diri saat sahur, tapi ada hal yang harus diingatkan kepada mereka untuk membantu orang tuanya menyiapkan makanan sahur dan membereskan serta merapikan peralatan yang telah digunakan untuk sahur.Â
Dan harus diwaspadai juga kemungkinan mereka malah kecanduan gadget dan kecanduan untuk selalu eksis karena terlalu seringnya menggunakan gawai, sehingga satu jam saja tanpa gawai mereka akan merasa sangat aneh, ketagihan, dan ingin terus memainkan gawainya.
Anak-anak seperti ini tentu saja harus diberikan pengertian, pemahaman dan juga pemberian contoh fakta-fakta terkini tentang baik buruknya penggunaan gawai agar tak terjerumus gaya kekinian yang kurang benar, dan akhirnya merugikan diri sendiri maupun keluarga.
Tak salah memang ketika kids zaman now ini bereksitensi dari saat sahur hingga mau tidur, namun ada baiknya juga memberikan pemahaman dan teladan mengenai Ramadan dan keutamaannya. Seharusnya, dengan hadirnya Ramadan, Â menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan segala aktivitas ibadah, eh ini malah makin mendekatkan diri dengan pergaulan yang lebih banyak di media sosial melalui gawai.Â
Nah, sudah tugas kita bersama untuk membenahi hal seperti ini mumpung masih awal Ramadan. Karena sejatinya, Ramadan adalah bulan yang pernuh berkah untuk menjadikan siapapun menjadi insan yang lebih baik dari mulai malam harinya saat tarawih, ketika sahur dengan berniat berpuasa melaksanakan ibadah kepadaNya, hingga saat kebahagiaan berbuka tiba sebagai pembelajaran bahwa ada setiap kebahagiaan dalam setiap usaha kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H