Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masihkah Kurikulum 2013 (Kurtilas) Mengambang?

13 Juli 2016   07:41 Diperbarui: 14 Juli 2016   15:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unik memang ketika mendapatkan candaan dari sesama guru di ruang pelatihan, “Tuh, kan, si Eneng mah enggak konsisten. Pelatihannya kurikulum 2013, tapi buka laptopnya tahun 2016.”

Saya tersenyum, mengerti maksud candaan beliau ketika saya membuka laptop dan waktu langsung memperlihatkan wujudnya di tampilan layar monitor (Selasa, 12 Juli 2016). Belum sempat saya menjawab, ternyata sudah ada beberapa orang yang menimpali candaan si Bapak berambut memutih itu.

“Dia mah hidup di zaman Doraemon, Pak. Serba maju kedepan,” sela seorang rekan guru berjilbab dari sekolah lain.

“Heu euh ya, kita, kan, hidup di tahun 2016, tapi ini kenapa kurikulumnya masih 2013?” canda lainnya.

Saya tersenyum-senyum mengobrol dengan mereka di ruangan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, yang bertempat di SLB C Sukapura, Jalan PSM Perumahan Bumi Asri Sukapura Kiaracondong Bandung. Beberapa candaan mereka saya ingat betul, intinya: ada yang dengan mudah menerima perubahan, mengikuti saja perubahan, dan ada juga yang merasa kesulitan menerima perubahan hingga untuk menawarkannya menjadi bahan candaan.

Bapak yang bercanda tadi misalnya, secara terbuka beliau mengungkapkan kesulitannya menerima kurikulum 2013. Alasannya terkesan klasik, “Saya, kan sudah tua. Di kepala saya sudah penuh. Jadi kurikulum 2013 sudah tidak masuk karena terlalu penuh jadi hanya numpang lewat.”

Hahaha. Apakah Bapak ini satu-satunya yang mengungkapkan keterbukaan bernada terkesan kurang mengikuti kemajuan? Tidak! Masih ada seangkatan beliau yang menyatakan keterbukaannya yang mengesankan. Mungkin, senada dengan isi hati saya ketika pertama kali di tahun 2014 mengenal sosialisasi kurtilas. Sebenarnya, kita sudah melaksanakan pembelajaran tematik yang sesuai kurtilas di lapangan, hanya saja namanya belum kurtilas seperti sekarang.

Lantas, apa saya menolak kehadiran kurtilas? Secara umum, saya sempat bingung dengan kehadiran kurtilas ketika pertama kali fasilitator mengatakan seperti model gado-gado atau jus buah yang sudah tercampur dalam satu tempat makanan tersebut.

Di lapangan (sekolah tempat mengajar), berbekal soft file dari fasilitator, saya dan rekan guru berusaha memahami materi tentang kurtilas dan  mempraktikkannya. Kita sering sekali bertukar pandang mengenai kurtilas. Keluhannya hampir sama, kurang sesuainya buku yang kita terima untuk kita terapkan kepada siswa di sekolah. Dan, pengajaran harus kembali pada guru di sekolah untuk mengembangkannya.

Begitu pun di tahun 2015, ketika saya mendapatkan pelatihan kurtilas, buku penunjang untuk siswa tampak belum siap, ada beberapa buku tematik siswa yang terasa sulit untuk saya dapatkan. Bahkan untuk mengunduhnya pun di internet terasa ribet dan masih jarang penyedia. Pengajaran harus kembali ke guru sebagai fasilitator sekreatif mungkin mengajar di kelasnya.

Nah, bagaimana dengan kehadiran kurtilas di tahun 2016 ini? Masihkah kurikulum 2013 mengambang dalam artian bagi saya belum jelas dan tuntas? Ataukah kurikulum satu ini benar-benar sudah mengendap dengan jelas dan memudahkan guru di lapangan untuk mempraktikkannya?

Bersama 132 guru dari 3 gugus yang ada di kota Bandung, pada Selasa, 12 Juli 2016, saya kembali mendapatkan kesempatan mengikuti Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus Wilayah Bandung 2 Untuk Kepala Sekolah dan Guru Kelas III, VI, IX, X, dan XI.

Pak Gunansyah Mengawali Kegiatan
Pak Gunansyah Mengawali Kegiatan
Kegiatan Pelatihan tersebut dibuka dengan sambutan Bapak Suherman selaku Ketua Gugus dan Panitia penyelenggara, kemudian Kepala Bidang (Kabid) PK dan PLK Prov. Jawa Barat, Bapak Dadang Rachman, M. Pd. Dalam kesempatan ini, Pak Kabid menekankan kepada guru-guru untuk bijak menyiapkan masa depan generasi bangsa dengan meningkatkan kemampuan, mengimplementasikan apa yang telah didapatkan selama pelatihan, dengan harapan mendapatkan dampak positif pada kualitas peserta didik.

pak-dadang-578590e8b47a61570c5603a1.jpg
pak-dadang-578590e8b47a61570c5603a1.jpg
Selain itu, Pak Kabid juga mensosialisasikan kampanye Jabar Tolak Kekerasan dan gerakan HPS (Hari Pertama Sekolah). Jabar Tolak Kekerasan merupakan sebuah gerakan tidak terstruktur dimana pihak satuan pendidikan harus ramah terhadap anak sebagai peserta didik. Sedangkan gerakan HPS memiliki tujuan membangun budaya keterlibatan orang tua, dimana hari pertama anak bersekolah orangtua diharapkan mengantarkan anaknya ke sekolah untuk menjalin kemitraan dengan pihak satuan pendidikan di sekolah.

Secara sekilas, dalam pembukaan Pak kabid mengupas secara singkat dan padat tujuan pelatihan yang diselenggarakan pada hari tersebut. Menurut Pak Kabid, “Perbedaan kurikulum 2013 pada saat awal keberadaannya dengan sekarang adalah pola pikir atau mind set scientific”. Dan saya pun menunggu untuk terus mendapatkan pengetahuan baru hingga 16 Juli 2016 nanti.

Acara pun bergulir dan dilanjutkan dengan pre test atau tes awal untuk mengetahui sejauh mana guru-guru mengenal kurtilas sebelum mengikuti pelatihan. Lalu pemberian materi dan materi yang diselingi dengan ice breaking agar peserta tetap bersemangat selama mengikuti pelatihan.

Kegiatan Pre Test
Kegiatan Pre Test
Materi yang telah saya dapat kemarin berupa pembelajaran aktif. Dalam penyampaiannya, Ibu Ine Rahayu sebagai salah satu Instruktur Nasional (IN) mengajak peserta pelatihan untuk berinteraksi, memikirkan, dan memperbincangkan pembelajaran aktif, proses belajar dan hasil belajar. Serta penekanan seorang guru untuk menjadi fasilitator dan bukan hanya sekedar mengajar.

Penyampaian Materi Belajar Aktif
Penyampaian Materi Belajar Aktif
Yuhuu… sudah selesai? Belum. Setelah materi tentang Pembelajaran aktif, peserta masih harus kembali ke ruang pelatihan untuk mengikuti sesi pemberian materi mengenai Kebijakan Direktorat PK dan LK dalam Pelatihan dan Pendampingan Kurikulum Pendidikan Khusus, serta Kebijakan dan Dinamika Perkembangan Kurikulum dan Penilaian.

pak-hanu-578591e63e23bd630ead4a15.jpg
pak-hanu-578591e63e23bd630ead4a15.jpg
Interaksi Peserta dengan Pemateri
Interaksi Peserta dengan Pemateri
Yang tak kalah menarik bagi saya ada di bagian akhir, yaitu Peranan Keluarga Dalam Pembelajaran dan Penumbuhan Budi Pekerti serta Gerakan Literasi Sekolah. Sejujurnya, sebagai seorang yang boleh dikatakan cukup dekat dengan dunia kepenulisan, literasi bukan sesuatu yang asing. Namun, terasa lebih memiliki daya tarik tersendiri ketika literasi ini menjadi gerakan tersendiri, apalagi gerakan literasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terkenal dengan peserta didik yang memiliki aneka hambatan.

Penjelasan Peranan Keluarga
Penjelasan Peranan Keluarga
Slide Kemampuan Literasi di SLB
Slide Kemampuan Literasi di SLB
Mampukah? Tentu saja tidak ada yang tidak mungkin, jika segala sesuatu dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ada kerja sama dari berbagai pihak, baik itu semua elemen di sekolah sebagai satuan pendidikan, orangtua, lingkungan sekitar, dan juga pemerintah. Semua memiliki peranan penting, tidak ada yang bisa berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan, sejatinya semua harus bersinergi.

Semoga bermanfaat dan pendidikan di Indonesia selalu berkembang dengan baik. Aamiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun