Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis puisi dan karya-karya fiksi lainnya. Saya sedang berkuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Tadris Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanah nan Rancak, Kampung Halaman Kami

2 November 2024   19:06 Diperbarui: 2 November 2024   21:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu indah cerita masa kecil. Jika diberi waktu maka akan senang sekali jika mengulang masa-masa bahagia bersama teman. Kehidupan yang indah bersama orang-orang tersayang.

Bayangan dari kisah dua tahun yang lalu, membuat lengkungan senyum di bibir. Terkadang tak sadar air mata menetes di pipi. Kerinduan kebersamaan keluarga dan indahnya kampung halaman. Kini hanya tersisa kenangan manis yang senantiasa dikenang hingga akhir hayat.

Suatu ketika usia beranjak dewasa, kami terpaksa meninggalkan kampung kelahiran demi menggapai cita-cita dan angan. Ayah dan ibu selalu berpesan "Merantaulah! Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman". 

" Jikalau sudah manjadi urang jangan lupo pulang ka kampuang halaman". Sembari ayah memberi petuah untuk anak perempuannya.

Mata berkaca-kaca dengan kesedihan jika harus meninggalkan tempat kelahiran hingga tumbuh menjadi perempuan dewasa. Tiada yang lebih menyedihkan jika harus pergi jauh dari orang terkasih. Hanya terdengar bunyi sunyi dan sepi yang menggema di kepala. Tak jarang menangis di tengah malam bukti betapa menyedihkan hidup jika seorang diri.

Bayangan akan dua tahun lagi, kami akan pulang membawa perubahan. Meninggalkan kerasnya hidup perkotaan. Pulang menjumpai orang-orang terkasih. Hingga membangun kampung halaman, menciptakan kemajuan untuk desa beserta penduduknya.

Tiada yang salah dari mimpi besar. Yang salah hanya pikiran orang-orang yang sempit. Jika ingin kemenangan maka harus menerima segala pengorbanan. Suatu saat nanti akan ada anak perempuan kampung yang berjaya membesarkan nama kampung halaman menjadi kampung nan rancak dipandang.

Harapan orang tua yang telah lama, akhirnya terwujud lewat pembuktian. Kalimat yang senantiasa membuat anak bahagia hanyalah ucapan dari ayah dan  ibu yang mengatakan "Tiada yang sia-sia dari apa yang ayah dan ibu korbankan. Semua terbayarkan oleh apa yang engkau peroleh hari ini. Ayah dan ibu bangga padamu, nak". 

"Tetaplah hidup dengan memberi manfaat pada orang banyak, nak" Sembari ibu ikut menimpali.

Haru biru bahagia menyertai keluarga yang orang lain sering menyepelekan. Kini hanya terdengar tepuk tangan yang mengiringi langkah untuk maju dan sukses dengan doa ayah dan ibu senantiasa mengiringi setiap perjalanan. Menjadikan kekuatan untuk semangat memberi arti di kehidupan orang tua yang berarti.

Kepulangan anak perempuan dari tanah  rantau disambut hangat oleh penduduknya. Menandakan bahwa kita adalah harapan selanjutnya untuk membesarkan kampung tercinta. Membawa perubahan kemajuan dengan asah dan pengalaman. Memajukan kampung nan rancak, kampung tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun