Mohon tunggu...
Susanna Purwaninastiti
Susanna Purwaninastiti Mohon Tunggu... Guru - Guru Les

Pernah mengajar di sekolah, pernah bekerja di hotel, kafe, dan mall.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kolb's Experential Learning Theory sebagai Bagian dari Teori Humanistik

2 Desember 2021   01:04 Diperbarui: 2 Desember 2021   01:09 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori humanistik adalah teori belajar yang memanusiakan manusia dan berpusat pada pribadi peserta didik. Pembelajaran lebih menekankan pemanfaatan potensi peserta didik agar menghasilkan sesuatu yang efektif dan meningkatkan kreativitas. 

Salah satu prinsip teori humanistik adalah ketika orang yang belajar benar-benar mau melakukannya atau mempraktikkannya, belajar menjadi aktivitas yang bermakna. 

Keterlibatan siswa melalui praktik membuat mereka mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih mendalam. Teori humanistik muncul untuk mengatasi kekurangan dari teori behavioristik yang tidak mempertimbangkan sisi personal dan perasaan peserta didik.

David A. Kolb, seorang psikolog dan ahli teori pendidikan, adalah satu satu penganut teori humanistik. Beliau terkenal dengan teori belajar experiential learning. 

Menurut Kolb, belajar merupakan sebuah proses saat pengetahuan diciptakan melalui perubahan atau transformasi pengalaman (Khanza, n.d.) . Teorinya tentang experiential learning dibagi menjadi dua tingkat, yaitu empat tahap siklus belajar dan empat gaya belajar.

Empat tahap siklus belajar tersebut adalah:

1.  Concrete Experience

Pada siklus ini siswa mendapat pengalaman atau berada pada situasi yang baru atau mengalami kembali pengalaman yang sudah pernah terjadi. Kuncinya adalah keterlibatan siswa. Agar dapat memperoleh pengetahuan yang baru siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan belajar.

2. Reflective Observation

Siklus selanjutnya adalah merefleksikan pengalamannya. Siswa dapat bertanya pada guru atau berdiskusi dengan temannya. Komunikasi yang baik adalah kunci untuk menjembatani perbedaan pemahaman.

3. Abstract Conceptualization

Refleksi pada siklus sebelumnya menghasilkan ide yang baru atau ide lain seperti menggabungkan pengetahuan yang baru dengan ide yang sudah ada.  

4. Active Experimentation

Pada siklus ini, siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan barunya untuk pengalaman yang lain. Mereka dapat menganalisis dan membuat rencana pada situasi yang nyata dalam hidupnya.

Teori belajar yang dikenalkan Kolb ini berbentuk siklus, seseorang dapat memasuki proses pada setiap tahap dalam siklus. Namun, siklus tersebut harus diselesaikan secara keseluruhan untuk memastikan pembelajaran berlangsung efektif. Setiap tahap tergantung pada tahap lain dan harus diselesaikan untuk memperoleh pengetahuan secara maksimal (Kurt, 2020).

Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti lingkungan sosial, pengalaman pendidikan dan dasar kemampuan kognitif siswa tersebut. Kolb membagi gaya belajar siswa menjadi 4 macam:

1. Converger

Siswa dengan tipe ini memiliki kemampuan memecahkan masalah. Mereka akan menggunakan pembelajaran untuk menemukan solusi untuk masalah praktis. Biasanya ditandai dengan sifat tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda (mati) dibandingkan manusia. Mereka lebih menyukai teknik instruksi dalam woorkbook atau worksheet dan tugas berbasis komputer.

2. Diverger

Siswa dengan tipe ini memiliki kemampuan menganalisis suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan menggabungkannya menjadi satu kesatuan utuh. Mereka menyukai kegiatan brainstorming dan bekerja bersama dalam kelompok.

3. Assimilation

Siswa dengan tipe ini lebih tertarik pada konsep abstrak. Mereka tidak akan terlalu memperhatikan penerapan atau praktek dari ide-ide mereka. Biasanya, orang dengan gaya belajar ini cenderung mandiri dalam belajar dan tertarik dengan hal-hal ilmiah.

4. Accomodator

Siswa dengan tipe ini biasanya mudah beradaptasi dan intuitif sehingga mampu mengembangkan berbagai konsep. Mereka cenderung menyukai hal-hal yang konkret dan bisa dipraktikkan.

Experential learning theory ini melihat proses pembelajaran sebagai proses yang utuh. Semua tahapan dapat digunakan sepanjang proses pembelajaran. 

Selain itu, mengenal gaya belajar siswa juga merupakan hal yang penting. Guru dapat menganalisis melalui observasi. Merancang pembelajaran yang sesuai akan memaksimalkan potensi siswa dalam mengembangkan kemampuan yang baru.

Referensi :

Khanza, S. (n.d.). Teori Belajar Humanistik Menurut Para Ahli dan Penerapannya. Retrieved Desember 1, 2021, from dosenpsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/teori-belajar-humanistik (Diakses 1 Desember 2021)

Kurt, D. S. (2020, Desember 28). Kolb's Experiential Learning Theory & Learning Styles. Retrieved from educationaltechnology.net: https://educationaltechnology.net/kolbs-experiential-learning-theory-learning-styles/ (Diakses 1 Desember 2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun