Menulis surat bagi saya di pedalaman Papua, tepatnya Kampung Memes, Distrik Venaha, Kabupaten Mappi, sudah biasa. Sampai sekarang hal itu rutin dilakukan untuk menanyakan kabar pun berbagi informasi dari grup medsos Gugus Tugas Papua UGM dan Dinas Pendidikan Mappi. Hal ini karena beberapa kampung dalam distrik saya bertugas belum berjaringan telepon dan internet.
Surat untuk "2021" yang ramai ditulis Kompasianer berisi harapan pada tahun baru 2021 untuk semua, merupakan surat pribadi modern pertama. Dikatakan demikian, karena saya menulisnya dalam jaringan internet dan terbuka untuk dibaca semua massa.
Oh iya. Sebelum berlanjut supaya tidak ambigu. Secara gamblang saya sampaikan bahwa jarak antara kampung di wilayah saya mencapai ratusan km, tersebar di antara wilayah berawa.Â
Kemudian menjadi kendala dalam pemerataan pembangunan khususnya konektivitas, sehingga meski satu distrik tidak semua kampung memiliki jaringan telepon pun internet.Â
Adapun tempat saya menikmati jaringan telepon dan Internet pertama kali 28 Februari 2020, tepat 6 bulan setelah saya bertugas.Â
Ketika itu rasanya bahagia, sebab 6 bulan tanpa jaringan telepon dan internet cukup membuat 3 buku diary saya full berisi kisah kasih ketika tanpa kabar dengan keluarga dan absen di Kompasiana tercinta.
***
Memes, Papua, 31 Desember 2020
Ytc. 2021
di Masa DepanHai 2021, bagaimana keadaanmu? Akhirnya sesaat lagi aku ke masamu. Semoga kutemui sedang apik menata sukacita untuk setiap insan yang mengharapkan hal indah bersamamu dari 2020.Â
Oh ya, kabarku saat ini sedang kasmaran dalam syukur untuk berkat berlimpah yang aku terima dari belahan jiwamu 2020. Terima kasih yah, dia telah memberi pengalaman berkesan pada tiap insan supaya senantiasa waspada. Terima kasih juga, untuk segala yang boleh aku miliki dalam keadaan utuh untuk maju menujumu yaitu keluarga, sahabat dan kekasih hati.
2021 tercinta, maksud surat pertama untukmu adalah menyampaikan harapan dariku. Sekadar menegasakan, aku seorang perantau yang tengah betah di tanah indah Papua sepanjang 2020. Menepis setiap gunda persis di luar sana yang tengah gulana akibat Covid-19 yang menyita lebih dari separuh waktu 2020.Â
Caraku, meyakinkan sesama pedalaman dan berdamai dengan keadaan di tempat ini untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, hingga akhirnya ilmuwan dunia menemukan vaksin. Vaksin itu harapan tiap insan agar kembali produktif dan itu menjangkau Indonesia tepat pada masamu, 2021.
Bermula dengan sukacita adanya vaksin Covid-19, harapanku mekar. Semoga 2021, segala pekerjaan tertunda menjadi tuntas, dukacita berganti sukacita, harapan hati dapat tercapai dan resolusi berjalan pasti. 2021, meski harapan itu mengambang, aku bertekad akan buktikan dengan tindakan. Biar engkau dan semesta menyaksikanya dihadapan keluarga serta siswa Papua tercinta semata untuk Pencipta. Â
2021 tercinta, harapanku berlaku untuk semua yang ada, termasuk crew platform kompsiana dan pembaca setia yang mengingatkan aku menulis surat cinta untukmu dan berani menaruh harap. Sama sepertimu, semoga kami saling menerima dan menjalankan hari dengan cinta. Dengan demikian, kami lapang dada menerima kenyataan apakah harapan kami kemudian sesuai pun tertunda sembari sukacita. Persis seperti hari ini hati menantimu.
2021 tercinta, sekian surat penuh harapan untukmu, yang aku dan semua insan nanti penuh harap akan genap. Mohon maaf bila terlampau bertele-tele. Akhirnya selamat datang tercinta.
Sahabatmu,
S. Alkorisna (DoubleO)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H