Mohon tunggu...
Susan Susana Widiana
Susan Susana Widiana Mohon Tunggu... Guru - seorang tenaga pendidik di SMP PGRI Karangtengah Cianjur

Sing cageur, bageur, pinter, bener, nanjeur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kunci Rumahku Kunci Hatiku

18 Juli 2021   13:29 Diperbarui: 18 Juli 2021   14:02 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"mari bu nunggu disini aja kasihan dede udah magrib kalau diluar, mana gelap lagi"

Akhirnya kuputuskan untuk menunggu di rumah tetangga saja. Sambil ikut sholat magrib dulu. Sesekali terus ku WA lagi anak sulungku. Ku telpon nomer bapakku. Namun tidak diangkat juga karena mungkin sedang sholat. Kucoba lagi telpon adikku yang serumah dengan mamah. Yang menerima adik iparku

"Ya teh kenapa?"

"Mil tanyain ke mamah dong kunci rumah teteh udah ketemu belom di rumah mamah? Ini teh udah hubungi si kaka tapi belum bales juga, lagi di jalan kali ya"

Terdengar suara Mila adik iparku menanyakan kunci pada ibuku........

"teh ga ada" katanya..

Langsung kututup telponnya, dalam hati semakin kesal saja. Hari sabtu memang weekend bagi sebagian orang, tapi bagiku hari sabtu selalu full day. Jam 7 pagi aku harus sudah mengajar Bahasa Inggris di SD tiga kelas sampai jam 12 siang. Kemudian dilanjutkan pukul 1 siang di SMP juga full 3 kelas sampai jam lima. Sengaja di tahun ajaran baru kemarin jadwal ku atur ke akhir pekan. Kebanyakan guru di sekolahku tak mau mengambil jadwal di akhir pekan, mungkin waktunya libur dan sebagainya. Tapi lain bagiku, karena suami yang pulangnya sebulan sekali. Kuatur agar pada saat jadwal suami  pulang menghindari weekend agar tidak bentrok dengan jadwal mengajarku.

"ibu silahkan minum dulu" kata teh Ayi sambil menyuguhkan secangkir teh hangat diatas meja tamu.

"iya makasih teh,  maaf merepotkan ya"

"ihhh ngak ibu, saya kalau maghrib begini selalu sendirian sambil menunggu si Amar pulang, bagus ada ibu sekarang, jadi bisa ngobrol, biasanya saya nonton tv kalau nungguin tuh anak"

Si Amar putra semata wayang salah satu tetanggaku yang menempati rumah kontrakan disamping rumahku. Sekitar 2 tahun dia menjadi tetanggaku, kebanyakan tetangga yang menempati rumah kontrakan tidak sampai lama juga. Mereka bergonti-ganti menempati rumah kontrakan dekat rumahku itu. Teh Ayi tetanggaku ini sama sepertiku ditinggal suami kerja jauh di luar kota, hanya suaminya bisa pulang seminggu sekali. Lebih sering dari suamiku. Amar adalah putra dari suami pertamanya, dia anak manja tapi juga bandel. Kebetulan dia sekolah di SMP tempat temanku mengajar. Dia sering mabal alias pergi dari rumah untuk sekolah tapi di sekolah juga tak sampai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun