Suatu hari, ketika Rosi akan berjalan ke tepi sungai, tiba-tiba kakinya terperosok di bibir jurang. Saat itu, jalan licin karena hujan semalam. Dia memegangi kakinya yang tak mampu diangkat. Dia tambah panik dan gemetar. Matanya yang besar memancarkan ketakutan.
Di hadapannya, tak jauh dari tepi tebing, berdiri seekor harimau besar yang bernama Raka. Raka tampak marah dan lapar, matanya menyorotkan keinginan untuk menangkap Rosi. Rosi berteriak minta tolong. Teriakan itu didengar oleh Baji.
 "Rosi, lari!" teriak Baji yang datang terlambat namun berusaha menyelamatkannya.Â
Baji tahu bahwa sahabatnya berada dalam bahaya besar. Namun, Rosi tidak bisa bergerak. Kakinya seakan tertanam di tanah. Raka semakin mendekat, langkahnya penuh kehati-hatian tetapi pasti. Raka menggeram rendah, memperingatkan Rosi bahwa tak ada tempat untuk lari.
"Aku tidak bisa, Baji," teriak Rosi, hampir menangis.
Tiba-tiba, sebuah suara keras menggema di hutan. Itu adalah suara Gama. Dia berlari dengan kekuatan penuh, menggetarkan tanah di bawah kakinya. Dia mengangkat belalainya dan mengeluarkan suara keras yang menggema di seluruh hutan.
GRAAAWWRR!"
Raka terkejut, langkahnya terhenti. Gama menggunakan tubuhnya yang besar untuk berdiri di antara Rosi dan Raka. Dengan satu gerakan tegas, Gama mengayunkan belalainya dan mengusir Raka mundur
"Pergi, Raka! Ini bukan caramu," kata Gama dengan suara tenang namun penuh otoritas.
Raka mundur, menatap Gama dengan mata menyala. Namun, dia tahu bahwa melawan Gama akan sia-sia. Dengan satu geraman terakhir, Raka berbalik dan lari ke dalam kegelapan hutan.
Rosi terjatuh ke tanah, masih gemetar. Baji segera mendekatinya, memeluknya dengan erat. Gama mendekat, menunduk untuk melihat Rosi.