Satu dari tiga teman akrab saya sewaktu SD bernama Satria, saat acara jerit malam kegiatan pramuka dulu, dia adalah satu-satunya anak yang tak kenal rasa takut. Usut punya usut ternyata saat itu dia tak memiliki TV di rumahnya. Sedangkan anak-anak yang memiliki TV, justru menjadi anak-anak yang penakut.
Visualisasi sosok hantu entah pocong, kuntilanak dan sejenisnya ternyata membekas pada ingatan anak. Visualisasi itu, biasanya didapatkan dari film horor yang kerap kali tayang di TV.
Tak berbeda dengan zaman sekarang, akses anak terhadap media informasi saat ini begitu mudahnya, rasa penasaran mereka terhadap hal-hal yang berbau mistis kerap kali lebih cepat dan mudah terjawab.
Setidaknya ada 5 dampak buruk menonton film horror bagi anak-anak, diantaranya:
1. Ingatan Iedetik terhadap hal mistis
Anak-anak memiliki ingatan iedetik, yaitu kemampuan untuk mengingat suatu peristiwa atau obyek secara akurat dalam waktu beberapa menit atau seperti fotografic memory. Walaupun jenis ingatan ini akan hilang seiring usia, namun ingatan seperti ini akan membekas pada usia mereka.
Ingatan anak seperti kertas putih kosong yang siap ditulisi oleh tinta “ingatan”. Sekali anda mengenalkan ingatan mistis atau horor seperti visualisasi sosok hantu tadi, maka saat itu pula anak akan mudah mengingatnya.
2. Anak akan jadi lebih penakut
Karena ingatan hal-hal mistis tadi, anak akan menjadi lebih penakut. Film horor identik dengan suasana gelap dan malam hari. Bayangkan bila mereka bahkan tak berani untuk ke kamar mandi saat malam hari, padahal di rumah sendiri.
Mereka juga tak ingin tidur sendiri, bahkan tak mau tidur di kamar gelap. Padahal banyak manfaat tidur dengan suasana gelap salah satunya dapat meningkatkan hormon melatonin yang membantu tidur menjadi lelap.
3. Anak lebih mudah percaya takhayul
Tan Malaka pernah menulis, salah satu penghambat negeri ini untuk maju adalah kepercayaan kepada superstitious atau takhayul. Tontonan film horor sarat mengandung hal-hal takhayul yang berpengaruh pada anak-anak sebagai investasi masa depan bangsa Indonesia.
Bagaimana anda membayangkan jika masyarakat Indonesia di masa depan masih saja percaya pada takhayul sementara di belahan dunia sana orang sudah mulai berlomba berwisata ke luar angkasa. Sementara masyarakat Indonesia masih saja percaya pada jimat atau batu keramat misalnya.
4. Tidak bisa membedakan antara yang nyata dan peran belaka
Seperti halnya dampak menonton sinetron bagi anak-anak, film horor juga membuat anak tidak bisa membedakan mana yang nyata dan kebutuhan peran dalam adegan film semata. Kekhawatiran semakin menjadi-jadi ketika adegan-adegan dalam film horror tersebut dijadikan referensi oleh anak.
Dia menjadikan tayangan-tayangan tersebut inspirasi untuk menakut-nakuti anak yang lain misalnya atau bahkan adiknya sendiri. Film-film horor termasuk film yang melibatkan emosi ekstrim yang sebenarnya sulit difahami oleh anak.
5. Banyak dampak psikologisnya pada anak
Dampak psikologis film horror terhadap anak ternyata banyak, seperti yang diberitakan Kompas (12/5/2022). Diantaranya adalah perasaan saat menonton film seperti: menangis atau menjerit, gemetar, detak jantung meningkat, kedinginan, berkeringat, menggigil, sesak nafas dan takut akan kematian. Lebih lanjut, durasi ingatan akan adegan seram itu juga bisa terjadi hingga sampai tiga bulan lamanya.
Merasa seperti ada yang mengikuti, teringat wajah hantu dan perilaku menghindari tempat, situasi dan bahkan orang-orang tertentu yang seperti digambarkan film horor adalah dampak psikologis lain dari menonton film horor bagi anak.
Jika dibiarkan, hal ini akan berdampak pada studi anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H