3. Anak lebih mudah percaya takhayul
Tan Malaka pernah menulis, salah satu penghambat negeri ini untuk maju adalah kepercayaan kepada superstitious atau takhayul. Tontonan film horor sarat mengandung hal-hal takhayul yang berpengaruh pada anak-anak sebagai investasi masa depan bangsa Indonesia.
Bagaimana anda membayangkan jika masyarakat Indonesia di masa depan masih saja percaya pada takhayul sementara di belahan dunia sana orang sudah mulai berlomba berwisata ke luar angkasa. Sementara masyarakat Indonesia masih saja percaya pada jimat atau batu keramat misalnya.
4. Tidak bisa membedakan antara yang nyata dan peran belaka
Seperti halnya dampak menonton sinetron bagi anak-anak, film horor juga membuat anak tidak bisa membedakan mana yang nyata dan kebutuhan peran dalam adegan film semata. Kekhawatiran semakin menjadi-jadi ketika adegan-adegan dalam film horror tersebut dijadikan referensi oleh anak.
Dia menjadikan tayangan-tayangan tersebut inspirasi untuk menakut-nakuti anak yang lain misalnya atau bahkan adiknya sendiri. Film-film horor termasuk film yang melibatkan emosi ekstrim yang sebenarnya sulit difahami oleh anak.
5. Banyak dampak psikologisnya pada anak
Dampak psikologis film horror terhadap anak ternyata banyak, seperti yang diberitakan Kompas (12/5/2022). Â Diantaranya adalah perasaan saat menonton film seperti: menangis atau menjerit, gemetar, detak jantung meningkat, kedinginan, berkeringat, menggigil, sesak nafas dan takut akan kematian. Lebih lanjut, durasi ingatan akan adegan seram itu juga bisa terjadi hingga sampai tiga bulan lamanya.
Merasa seperti ada yang mengikuti, teringat wajah hantu dan perilaku menghindari tempat, situasi dan bahkan orang-orang tertentu yang seperti digambarkan film horor adalah dampak psikologis lain dari menonton film horor bagi anak.
Jika dibiarkan, hal ini akan berdampak pada studi anak. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H