rokok murah menjadi sorotan belakangan ini. Fenomena ini dikonfirmasi oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Salah satu pemicu utama pergeseran ini adalah kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kondisi ini memunculkan berbagai pertanyaan, salah satunya adalah mengenai kejelasan agenda kebijakan cukai: untuk keperluan apa dan siapa sebenarnya kebijakan ini dirancang?
Tren perokok di Indonesia yang beralih keMengurai Kebijakan Cukai Hasil Tembakau
Cukai adalah salah satu jenis pungutan pajak yang dikelola negara, dikenakan atas barang-barang tertentu yang memiliki karakteristik spesifik. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Cukai. Barang yang dikenakan cukai memiliki beberapa kriteria utama: peredarannya membutuhkan pengawasan ketat, pemakaiannya menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan, serta konsumsi barang tersebut perlu pengendalian demi menciptakan keadilan dan keseimbangan sosial.
Sebagai produk yang dianggap memberikan dampak negatif, rokok menjadi salah satu barang yang dikenai cukai tinggi. Di sisi lain, rokok juga menjadi salah satu andalan negara dalam hal penerimaan cukai. Fenomena ini menciptakan ironi: rokok di satu sisi dianggap "berbahaya" namun di sisi lain sangat dibutuhkan negara sebagai sumber pendapatan.
Kontribusi Perokok terhadap Pembangunan Indonesia
Publik perlu mengetahui bahwa kontribusi cukai rokok terhadap penerimaan negara sangat signifikan. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan penerimaan cukai hasil tembakau sebesar Rp230,09 triliun pada tahun 2025. Jumlah ini setara dengan 7% dari total penerimaan negara sebesar Rp3.005 triliun dan 9% dari penerimaan perpajakan sebesar Rp2.490,9 triliun.
Jika dibandingkan dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang ditargetkan sebesar Rp513,6 triliun, kontribusi dari cukai hasil tembakau mencapai 44% dari total PNBP. Angka ini belum termasuk tambahan kontribusi dari industri tembakau lainnya, seperti pajak perusahaan, pajak penghasilan karyawan, hingga pajak daerah yang terkait dengan ekosistem industri rokok. Dengan rincian ini, para perokok, yang sering kali mendapat stigma sebagai pengganggu kesehatan masyarakat, justru menjadi salah satu tulang punggung penerimaan negara.
Peran Penting Bea Cukai dalam Menjaga Keberlanjutan Penerimaan
Penerimaan cukai dari hasil tembakau sangat bergantung pada pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Salah satu tugas utama Bea Cukai adalah memastikan bahwa rokok yang beredar di masyarakat memiliki cukai yang sah dan sesuai dengan aturan. Peredaran rokok dengan cukai palsu tidak hanya merugikan negara dari sisi penerimaan, tetapi juga melemahkan upaya pengawasan terhadap konsumsi rokok.
Dalam hal ini, Bea Cukai memiliki peran strategis untuk menjaga agar penerimaan negara tetap optimal. Pengawasan yang lebih ketat terhadap peredaran rokok ilegal, serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya membeli rokok bercukai resmi, dapat membantu meningkatkan penerimaan negara sekaligus melindungi masyarakat dari konsumsi produk yang tidak terkontrol.
Kebijakan Tarif yang Lebih Sederhana
Kenaikan tarif cukai yang terlalu tinggi dapat mendorong perokok beralih ke rokok murah, bahkan ke tembakau curah yang dilinting sendiri atau digunakan dengan cangklong. Hal ini menunjukkan bahwa harga rokok yang mahal tidak serta-merta menurunkan konsumsi rokok, melainkan hanya mengubah pola konsumsi masyarakat.
Penting bagi pemerintah untuk merancang kebijakan tarif cukai yang lebih sederhana dan adil. Dengan struktur tarif yang terlalu kompleks, perbedaan harga antar golongan rokok menjadi terlalu besar, sehingga mendorong produsen dan konsumen untuk mencari alternatif yang lebih murah. Industri rokok kecil juga dapat diuntungkan dengan adanya kebijakan yang lebih mendukung keberlanjutan bisnis mereka.
Rokok sebagai Produk Kenikmatan dan Kontribusi Ekonomi
Rokok tidak hanya dianggap sebagai produk yang memberikan dampak negatif, tetapi juga harus dipandang sebagai produk kenikmatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dengan pendekatan yang bijaksana, pemerintah dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan untuk mengendalikan konsumsi rokok dan memastikan kontribusi ekonomi dari industri tembakau tetap optimal.
Selain itu, keberadaan rokok murah juga memiliki dampak positif terhadap industri rokok kecil. Dengan harga yang lebih terjangkau, industri ini dapat terus bertahan dan memberikan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja di sektor ini. Sebaliknya, kebijakan yang terlalu menekan dengan tarif cukai yang tinggi dapat merugikan pelaku usaha kecil dan justru mendorong peredaran rokok ilegal.
Menghargai Perokok sebagai Pahlawan Penerimaan Negara
Sudah saatnya masyarakat dan pemerintah memberikan apresiasi kepada perokok atas kontribusi besar mereka terhadap penerimaan negara. Meskipun sering kali dianggap sebagai pihak yang membebani sistem kesehatan, kenyataannya perokok memberikan sumbangan yang signifikan bagi pembangunan negara melalui cukai yang mereka bayar.
Langkah yang lebih bijak adalah memastikan bahwa rokok yang beredar di masyarakat memiliki cukai yang sah, serta merancang kebijakan tarif yang lebih adil dan efisien. Dengan demikian, penerimaan negara dapat tetap optimal tanpa harus menekan satu golongan tertentu secara berlebihan.
Fenomena pergeseran perokok ke rokok murah menunjukkan bahwa kebijakan cukai perlu dirancang dengan lebih matang dan terukur. Rokok sebagai produk kenikmatan memiliki dampak ekonomi yang luar biasa, baik melalui cukai maupun kontribusi dari industri terkait. Dalam hal ini, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan antara pengendalian konsumsi dan keberlanjutan penerimaan negara.
Saatnya Indonesia mengapresiasi perokok sebagai bagian penting dari penerimaan negara. Dengan pengawasan yang lebih baik dan kebijakan yang lebih sederhana, kontribusi dari sektor tembakau dapat terus mendukung pembangunan nasional tanpa mengorbankan prinsip keadilan dan keseimbangan. Mari kita hargai perokok, bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai pahlawan penerimaan negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI