Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perokok Pahlawan Penerimaan Negara: Harus DIhargai Bukan Dicaci @sayaperokok

26 Januari 2025   11:49 Diperbarui: 26 Januari 2025   11:55 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rook dan cukai ( sumber : Tirto )

Kenaikan tarif cukai yang terlalu tinggi dapat mendorong perokok beralih ke rokok murah, bahkan ke tembakau curah yang dilinting sendiri atau digunakan dengan cangklong. Hal ini menunjukkan bahwa harga rokok yang mahal tidak serta-merta menurunkan konsumsi rokok, melainkan hanya mengubah pola konsumsi masyarakat.

Penting bagi pemerintah untuk merancang kebijakan tarif cukai yang lebih sederhana dan adil. Dengan struktur tarif yang terlalu kompleks, perbedaan harga antar golongan rokok menjadi terlalu besar, sehingga mendorong produsen dan konsumen untuk mencari alternatif yang lebih murah. Industri rokok kecil juga dapat diuntungkan dengan adanya kebijakan yang lebih mendukung keberlanjutan bisnis mereka.

Rokok sebagai Produk Kenikmatan dan Kontribusi Ekonomi

Rokok tidak hanya dianggap sebagai produk yang memberikan dampak negatif, tetapi juga harus dipandang sebagai produk kenikmatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dengan pendekatan yang bijaksana, pemerintah dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan untuk mengendalikan konsumsi rokok dan memastikan kontribusi ekonomi dari industri tembakau tetap optimal.

Selain itu, keberadaan rokok murah juga memiliki dampak positif terhadap industri rokok kecil. Dengan harga yang lebih terjangkau, industri ini dapat terus bertahan dan memberikan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja di sektor ini. Sebaliknya, kebijakan yang terlalu menekan dengan tarif cukai yang tinggi dapat merugikan pelaku usaha kecil dan justru mendorong peredaran rokok ilegal.

Menghargai Perokok sebagai Pahlawan Penerimaan Negara

Sudah saatnya masyarakat dan pemerintah memberikan apresiasi kepada perokok atas kontribusi besar mereka terhadap penerimaan negara. Meskipun sering kali dianggap sebagai pihak yang membebani sistem kesehatan, kenyataannya perokok memberikan sumbangan yang signifikan bagi pembangunan negara melalui cukai yang mereka bayar.

Langkah yang lebih bijak adalah memastikan bahwa rokok yang beredar di masyarakat memiliki cukai yang sah, serta merancang kebijakan tarif yang lebih adil dan efisien. Dengan demikian, penerimaan negara dapat tetap optimal tanpa harus menekan satu golongan tertentu secara berlebihan.

Fenomena pergeseran perokok ke rokok murah menunjukkan bahwa kebijakan cukai perlu dirancang dengan lebih matang dan terukur. Rokok sebagai produk kenikmatan memiliki dampak ekonomi yang luar biasa, baik melalui cukai maupun kontribusi dari industri terkait. Dalam hal ini, pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan antara pengendalian konsumsi dan keberlanjutan penerimaan negara.

Saatnya Indonesia mengapresiasi perokok sebagai bagian penting dari penerimaan negara. Dengan pengawasan yang lebih baik dan kebijakan yang lebih sederhana, kontribusi dari sektor tembakau dapat terus mendukung pembangunan nasional tanpa mengorbankan prinsip keadilan dan keseimbangan. Mari kita hargai perokok, bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai pahlawan penerimaan negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun