Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obrolan Mantan Pendamping Desa di Bus Malam @KompasianaDESA

23 Januari 2025   21:11 Diperbarui: 23 Januari 2025   21:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggunakan ChatGPT

Rohmat mengangguk, merasa bangga mendengar kabar baik itu. "Keren banget, Ko. Jadi, kamu sekarang sering keliling daerah, ya?"

"Iya, lumayan. Tapi tetap kangen masa-masa dulu, Mat. Kita kerja langsung di desa, berinteraksi sama masyarakat, dan makan bareng di warung sederhana. Banyak pengalaman yang enggak tergantikan."

Percakapan mereka berlanjut, dari nostalgia hingga membahas tantangan pekerjaan masing-masing. Rohmat mulai bercerita tentang proyek barunya, platform Learning Management System (LMS) yang sedang dikembangkan kementerian.

"Platform LMS ini dibuat untuk mempermudah pendamping desa meningkatkan kapasitas mereka. Bayangkan, Ko, tanpa harus tatap muka, pelatihan bisa dilakukan dari mana saja," jelas Rohmat dengan penuh semangat.

Handoko mengangguk. "Bagus itu. Tapi, apa LMS ini bisa membantu mereka yang belum punya sertifikasi profesi? Aku dengar banyak teman-teman TPP yang kesulitan mendapatkan sertifikat karena biaya yang mahal."

Rohmat menghela napas sebelum menjawab. "Memang, Ko, masalah biaya sertifikasi itu berat. Apalagi untuk pendamping lokal desa yang gajinya enggak besar. Saat ini, LMS memang belum terintegrasi langsung dengan sertifikasi, tapi ada potensi besar ke arah sana. Misalnya, pengalaman kerja selama dua-tiga tahun bisa diakui sebagai rekognisi pembelajaran lampau. Kalau ditambah pelatihan dari LMS, mereka bisa langsung uji kompetensi tanpa prosedur rumit."

"Ide bagus, Mat," Handoko menimpali. "Kalau kementerian bisa kasih subsidi biaya sertifikasi atau memanfaatkan data dari LMS, prosesnya bisa lebih murah dan cepat. Aku rasa perusahaan tempatku kerja bisa juga diajak jadi sponsor."

Rohmat tersenyum lebar. "Kalau itu terjadi, akan sangat membantu teman-teman pendamping lokal. Mereka kan ujung tombak pembangunan di desa. Tapi ya, Ko, aku cuma bagian dari tim IT, enggak punya wewenang besar buat mempercepat ini semua."

Handoko tertawa. "Sama, Mat. Aku juga cuma bisa kasih usul di tempat kerjaku. Tapi kita enggak pernah tahu, kan? Kadang ide kecil bisa jadi perubahan besar."

Obrolan mereka terus mengalir hingga malam semakin larut. Bus berhenti di tempat peristirahatan di daerah Subang, tetapi mereka memilih tetap di dalam bus. Perbincangan mereka terasa seperti reuni kecil yang menghidupkan kembali semangat masa lalu.

"Ko, perjalanan ini jadi momen yang luar biasa buatku," kata Rohmat sambil menatap langit malam melalui jendela bus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun