Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Pendamping Desa Menabuh Genderang Perang @KompasianaDESA

23 Januari 2025   12:54 Diperbarui: 23 Januari 2025   17:45 2494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggunkan ChatGPT

Lila: (memandang ragu) "Tapi kalau mereka paksa...?"

Sandi: (tegas) "Kita nggak bakal tunduk. Mereka mau main tekan, kita lawan dengan cara kita sendiri. Kita dokumentasikan semuanya. Rekam semua yang mereka katakan, simpan bukti-bukti. Kalau kita punya cukup bukti, kita bisa bawa ini ke pihak yang lebih tinggi."

Doni: (mengangguk) "Setuju. Aku bakal bawa alat perekam hari ini. Kalau mereka nekan kita, semuanya bakal terekam."

Lila: (menghela napas, lalu tersenyum kecil) "Baiklah. Aku ikut kalian. Aku nggak mau jadi pion yang dipermainkan kayak gini. Tapi janji, kalau kita gagal, kita hadapi ini bareng-bareng, ya?"

Sandi dan Doni: (serentak) "Pasti."

Mereka bertiga saling menatap, menemukan secercah kekuatan di tengah rasa takut yang masih menggantung. Penjual kopi menghampiri mereka, menyodorkan cangkir tambahan.

Penjual kopi: (tersenyum ramah) "Nggak usah terlalu dipikir, Mas, Mbak. Kalau hatimu tahu kamu di jalan yang benar, ya jalanin aja. Tuhan nggak pernah tidur."

Mereka bertiga terdiam sesaat, lalu mengangguk. Kata-kata sederhana itu terasa menenangkan di tengah derasnya pikiran yang memenuhi kepala mereka.

Langit mendung itu tetap gelap, tetapi di hati Sandi, Lila, dan Doni, ada cahaya kecil yang mulai menyala. Mereka tahu jalan di depan tak akan mudah, tapi mereka juga tahu, selama mereka berdiri bersama, mereka punya kekuatan untuk melawan.

Setelah membayar kopi, mereka bangkit, melangkah menuju kantor dengan langkah yang lebih tegap. Di bawah pohon rindang itu, mereka meninggalkan rasa takut mereka, membawa tekad untuk menghadapi apa pun yang menanti di depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun