Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi dan Kretek itu Terasa Lebih Pahit Gegara Pendamping Desa @KompasianaDESA

21 Januari 2025   18:34 Diperbarui: 21 Januari 2025   18:34 2996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menggunakan superAI

"Lalu, bagaimana dengan yang tidak sempat menyelesaikan sertifikasi?" tanya Luki lagi.

"Ya... mereka harus siap-siap kehilangan kontrak," ujar Sultan sambil menghela napas. "Dan inilah yang membuat lapangan semakin gaduh. Banyak pendamping yang merasa diperlakukan tidak adil, terutama mereka yang sudah lama mengabdi. Mereka merasa prosedur ini hanya menambah beban tanpa melihat kontribusi mereka selama ini. Teman-teman pendamping yang merasa dirugikan sebenarnya mestinya mengadu ke Ombudsman RI, bukan membangun kekuatan dengan jaringan politik."

"Apakah ada yang sudah mencoba mengadu?"

"Oh, tentu. Beberapa teman sudah membawa kasus ini ke media dan ke pemda dan mengadu ke dewan," kata Sultan. "Mereka berharap ada rekomendasi untuk memperbaiki sistem atau setidaknya memberikan waktu tambahan. Tapi sampai sekarang belum ada hasil yang konkret."

Luki mengangguk pelan, tangannya sibuk mencatat. "Kalau begitu, bagaimana pendapat Mas Sultan sendiri? Apa solusi terbaik?"

Sultan menghisap rokoknya dalam-dalam sebelum menjawab. "Menurut saya, yang dibutuhkan adalah fleksibilitas. Sistem sertifikasi bisa dibuat lebih sederhana, dan pemerintah perlu mempertimbangkan mekanisme jarak jauh untuk uji kompetensi. Teknologi kan sudah maju, kenapa tidak dimanfaatkan? Selain itu, tenaga pendamping yang sudah lama bekerja seharusnya diberi penghargaan, diberikan kemudahan, bukan malah dipersulit."

Luki tersenyum kecil. "Ide yang bagus. Tapi saya tahu itu pasti sulit diwujudkan di birokrasi kita yang terkenal lamban."

Sultan tertawa, kali ini lebih lepas. "Benar, Mas. Lamban dan penuh intrik. Tapi kita tidak boleh berhenti mencoba. Kalau kita diam saja, keadaan tidak akan pernah berubah."

Mereka berdua terdiam sejenak, masing-masing larut dalam pikirannya. Suara kendaraan yang melintas di jalan raya dan percakapan pengunjung lain menjadi latar yang mengisi keheningan.

"Jadi, apa langkah selanjutnya?" Luki akhirnya bertanya.

"Langkah selanjutnya adalah mendorong dialog antara pemerintah pusat dan para pendamping," jawab Sultan tegas. "Kita harus memastikan suara mereka didengar. Kalau tidak, sistem ini hanya akan menjadi beban tanpa manfaat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun