Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - wartawan

berbuat baik belum tentu benar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Vespa Pink Melintas LA 32

17 Januari 2023   08:10 Diperbarui: 17 Januari 2023   08:21 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maradona dan Dop".  Itu judul opini pertama saya sebagai freelance di Tribun Olahraga pada 1991. Maradona diagungkan di Napoli. "Si Tangan Tuhan' mengantar Napoli juara Seri A 1987 dan 1990.

Kariernya kemudian menurun setelah ia kecanduan barang haram. Maradona terbukti menggunakan doping pada 1991. Dia dilarang bermain sepak bola selama 15 bulan. Setelah bebas, ia comeback bersama Sevilla. Namun dipecat setahun kemudian.

Sebagai pemula, tentu bangga tulisan saya dimuat di media. Honor pertama habis untuk traktir teman-teman kos di sebelah kampus. Kami menyebutnya Pentagon.

Tapi bukan Pentagon markas besar Departemen Pertahanan AS yang dibangun pada saat Perang Dunia II. Ini Pentagon kongkow-kongkow Kelompok 3 jurnalistik angkatan 1989.

Bahkan tulisan Maradona dan Doping itu yang mengantar saya kenal dengan Jois, wanita Manado yang ujuk-ujuk bersurat kepada saya.

Belakangan saya tahu, dia ingin kenalan karena tulisan saya. Tulisan pertama, penggemar pertama. Semangat menulis makin bergairah.

Cita-cita saya sederhana: anak Betawi yang ingin keliling nusantara. Perlahan tapi pasti. Allah memberi saya jalan. Saya dipercaya dan mendapat kesempatan dari pimpinan. Bahkan hingga menyentuh bibir Asia dan Eropa. Sekali lagi, ini hanya karena kesempatan dan kepercayaan.

Tentu prosesnya panjang. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bermodal mesin ketik, jari-jari ini menari hampir setiap hari. Pagi, siang bahkan malam.

Dulu belum ada komputer. Banyak sekali kertas HVS lecek di tempat sampah. Salah sedikit, langsung saya sobek, dan buang. Mesin bermerek Royal itu acap saya bawa ketika tugas liputan keluar kota.

Vespa pink terus mengukur jalan, meski kadang tanpa tujuan. Tapi itulah kehidupan, harus terus berjalan. Roda terus berputar.

Vespa tua itu mengatar saya ke Singapura. Final bola basket klub Aspac vs tim Cina yang diproyeksikan untuk Asian Games 1994 Hiroshima. Posturnya tinggi besar. Secara skill dan teknik di atas rata-rata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun