Mohon tunggu...
Retno Suryani
Retno Suryani Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis untuk mengikat kenangan

Konsultan Lingkungan, Senang bertemu masyarakat dan anak-anak, Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Alamanda di Balik Jendela

27 Januari 2025   20:08 Diperbarui: 27 Januari 2025   20:08 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Setiap jam kunjungan tiba, kamarku tidak pernah sepi. Selalu penuh riuh ramai. Kepala ruangan memberikan kebijakan khusus demi memastikan kondisiku stabil. Ya, ia mengizinkan setiap tamu yang datang untuk bertemu denganku. Memastikan support moral itu terus mengalir dengan derasnya. Keluarga, rekan kantor, bapak ibu dosen, bapak ibu guru, sahabat, kakak juga adik tingkat, bahkan masyarakat binaanku. Mataku selalu dibuat mengembun haru dengan setiap potong doa dan harapan mereka.

            Dan bilamana sepi menghampiri, aku selalu mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Di balik jendela kamar rawatku, tumbuh banyak alamanda. Dari ranjangku, aku dapat melihat bunga alamanda yang berwarna kuning cerah itu bercanda akrab dengan angin. Dahannya yang ramping juga daunnya nan lebat bergoyang riang. Daun demi daunnya nan kering jatuh dengan rela tertiup angin. Sesekali, aku melihat bunga yang elok itu menjadi layu, digantikan kuncup yang mekar. Kadangkala, aku pun dapat melihat tangan-tangan jahil memaksa bunga itu lepas dari tangkainya. Menatap alamanda lama-lama dari balik jendela itu selalu menjadi pelipur lara.*

           
          Hari telah siang saat dokter Pramana berkunjung ke kamar rawatku. Itu adalah pertemuanku pertamaku dengan dokter Pramana setelah proses operasi terlalui. Masih ada tiga belalai plastik yang terpasang pada tubuhku. Cairan infus ringer laktat menetes pasti melalui selang yang berpenghujung jarum di telapak tangan kiri. Sementara dua belalai lainnya adalah selang kateter urin serta drain darah yang masih menancap kokoh di perut kananku. Kondisiku jauh lebih baik. Jauh lebih fit meski luka bekas sayatan operasi sepanjang 15 cm di perut masih menyisakan nyeri.

            "Bagaimana kondisi hari ini mbak? Sudah lebih baik kan?", kata dokter Pramana sambil tersenyum.

            Aku mengangguk penuh senyum. Jauh di lubuk hati aku ingin bertanya banyak hal kepada dokter Pramana. Aku ingin tahu tentang operasi pengangkatan kistaku. Namun, aku terlalu takut untuk mendengar kenyataannya. Aku pun memilih diam, menunggu penjelasan datang sendiri dari dokter Pramana.

            "Oh iya operasi kemarin hanya mengangkat kista. Ovariumnya masih utuh. Kondisinya masih baik. Hasil analisis laboratorium juga menunjukkan tidak ada indikasi keganasan."

           Tubuhku terpaku mendengar semua penjelasan dokter Pramana. Rasanya lidahku amat kelu. Tatapanku menyiratkan rasa tidak percaya. Benarkah? Bagaimana bisa?

          "Dokter tidak bercanda kan?", sahutku lirih hampir tak bersuara

         "Selamat ya, Tuhan begitu baik denganmu. Pertolongan-Nya demikian nyata. Lekas pulih dan jaga kesehatan ke depan ya.", kata dokter Pramana sambil menepuk pelan bahuku dan beranjak keluar ruangan

         Tes. Air mata itu kembali jatuh. Bukan sedih. Siang ini air mata haru. Air mata bahagia. Menangis sepi. Tidak terisak.

        Aku mengalihkan pandangan ke balik jendela. Diluar sana, tanaman alamanda sedang bercanda riang dengan angin siang. Aku menatapnya lekat-lekat. Selalu indah dan memikat. Percakapanku dengannya saat tidak sadar tempo hari pun kembali datang membayang. Masih segar dalam ingatan, potongan-potongan kalimat yang diucap bunga alamanda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun