Mohon tunggu...
Retno Suryani
Retno Suryani Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis untuk mengikat kenangan

Konsultan Lingkungan, Senang bertemu masyarakat dan anak-anak, Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-Laki yang Mencintai Pagi

30 Desember 2024   01:04 Diperbarui: 30 Desember 2024   01:04 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

         "Maafkan aku Aruna.", gumam Angkasa lirih

         Baskara benar. Kalimat bijak itu juga selamanya benar, bahwa didunia ini adakalanya dua perasaan yang sama tidak bisa sama-sama. Tidak bisa dan tidak perlu dipaksakan. Cukup diterima dengan pemahaman baik, dengan hati yang lapang. Tidak juga harus dilupakan, tapi disimpan dalam kedamaian hati. Bahwa hakikat cinta itu memberi, termasuk memberi ruang untuk berdamai dan bahagia. Kalau Aruna bahagia, maka Angkasa juga harusnya bahagia bukan? *

           Langit timur telah memerah ketika Angkasa keluar dari caf. Seperti biasa, laki-laki itu menatap lama-lama langit pagi kesukaannya. Hatinya berbisik merayu Sang Pencipta. Doanya masih sama. Meminta agar hidup Aruna selalu bahagia. Esok lusa ia hanya akan melihat Aruna dari jauh. Mencintai Aruna dengan doa. Ah, pagi ini Angkasa menambah doanya. Untuk dirinya sendiri. Untuk kedamaian hatinya sendiri.

         Angkasa melangkah pulang. Nanti siang ia akan menemui Baskara. Bukan karena mau tahu soal Aruna. Bukan. Ia mau konseling untuk dirinya sendiri. Untuk kedamaian hatinya sendiri.

         Karena sungguh, yang meninggalkan sama sakitnya dengan yang ditinggalkan. Karena yang pergi sama sakitnya dengan yang tinggal. Karena yang dilupakan sama sakitnya dengan yang berusaha melupakan.*

         Itulah Angkasa. Laki-laki yang selalu mencintai pagi. Laki-laki yang oleh takdir tahun 2024 dibawa bertemu kembali dengan Aruna. Persis seperti Rangga yang bertemu kembali dengan Cinta. Setelah sekian purnama. Akhirnya kembali bersua dan bercerita. Hanya saja kisah Angkasa dan Aruna tak seberuntung Rangga dan Cinta. Sehebat apapun perasaan mereka, selamanya takdir mereka tidak akan pernah sama-sama.

       Ah ya tentang laki-laki berhati malaikat itu. Namanya Sagara. Wataknya jauh berbeda dengan Angkasa. Tidak suka menulis. Tidak suka es krim. Tidak suka lampu kota. Namun kehadirannya sangat disyukuri oleh Aruna. Kehadirannya melahirkan keyakinan baru di hati Aruna, bahwa laki-laki baik tidak hanya Angkasa. Bahwa akan selalu ada Angkasa-Angkasa yang lainnya. Entah bagaimana perasaaan Aruna kepada Sagara. Aku tidak tahu persis. Aruna menyimpannya sedemikian rupa. Esok lusa bila Aruna mau bercerita, aku pasti membaginya. Ya, tentang laki-laki berhati malaikat yang membuat berdamai dari laki-laki yang mencintai pagi.***(RS)


Rumah, 30 Desember 2024

00.52

Meski sederhana, sungguh bahagia bisa menyelesaikan cerpen yang ditulis dengan penuh air mata ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun