Mohon tunggu...
Retno Suryani
Retno Suryani Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis untuk mengikat kenangan

Konsultan Lingkungan, Senang bertemu masyarakat dan anak-anak, Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Kenangan dalam Bolu Pisang

13 November 2022   22:18 Diperbarui: 13 November 2022   22:31 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku masih ingat jelas bagaimana perasaanku mendengar jawabannya. Aku masih bisa merasakan semangatku yang tak pernah bisa membuat kue untuk kemudian belajar dan uji coba berulang kali membuat bolu pisang. Aku masih ingat kue bolu pisangku yang pertama begitu bantet. Aku juga masih sangat ingat, rasa gembiraku, luapanku bahagiaku, ketika bolu pisang itu akhirnya berhasil. Ya, bolu pisang itu berhasil mengembang sempurna dan enak rasanya.

Kue bolu pisang yang cantik dan enak itu pun kukirim pagi-pagi ke alamat rumahnya. Lengkap dengan sepotong surat kecil berisi ucapan terima kasih dan maaf. Sayangnya, ia justru pergi keluar kota, tidak di rumah. Aku masih bisa merasakan kecewaku saat itu. Dan ketika aku sudah cukup menerima bahwa kue cantikku hanya akan terbuang tak termakan, ia pun mengirim pesan sudah menerima kue nya. Ya, ia akhirnya pulang. Ia pulang dan makan kue bolu pisang itu.

Aku masih ingat dengan baik rasa bahagiaku sore itu. Sangat bahagia. Apakah ia komentar kue itu enak? Apakah ia bertanya bagaimana aku membuatnya? Apakah ia membalas surat kecilku? Tidak. Bahkan hingga kemudian hari ketika aku kembali mengirim bolu pisang untuknya.  Ia tak pernah komentar. Ia tak pernah bertanya. Ia hanya mengucap terima kasih dan bercerita telah menghabiskan kue ku. Hanya itu. Laki-laki tak cukup hangat itu memang begitu pandai menyimpan perasaannya. Demikain rapat menyimpan hidupnya dari siapapun. Namun, memasak bolu pisang untuknya  saat itu adalah salah satu bagian paling indah dalam hidupku selama ini.

"Apakah kamu dulu juga bahagia seperti mereka saat menerima dan memakannya?", gumamku lirih.

Sejak itu, kue bolu pisang itu istimewa. Ya selalu istimewa untukku. Resepnya juga tahapan memasaknya memang tidak beda sebagaimana umumnya. Namun, aku selalu bahagia memasaknya. Ya, perasaanku yang tak pernah biasa saat memasaknya. Selalu sepenuh hati. Karena apa? Karena saat memasaknya aku selalu merasa seperti sedang memasak untuknya. Ya, untuk laki-laki tak cukup hangat tetapi sejatinya demikian berarti dalam hidupku.

Bukankah masakan yang dimasak sepenuh hati juga akan mampu menyentuh hati yang memakannya? ***

            Bagaimana kabarmu? Apakah kamu pernah rindu bolu pisangku? Sepertiku yang selalu berusaha meluapkan rindu tentangmu dengan menulis

Dok Pribadi
Dok Pribadi
, dengan kembali memasak bolu pisang untuk banyak orang. Aku memang tak punya resep istimewa, tetapi aku punya kenangan tentangmu yang akan selalu membuat bolu pisangku tak biasa......

Belitung, 13 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun