Mohon tunggu...
Retno Suryani
Retno Suryani Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis untuk mengikat kenangan

Konsultan Lingkungan, Senang bertemu masyarakat dan anak-anak, Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalau Aku Bisa Memilih, Aku Tidak Ingin Jadi Adikmu

9 November 2020   12:56 Diperbarui: 9 November 2020   13:07 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Anak pintar itu ya yang selalu juara kelas. Anak pintar itu adalah mereka yang bisa memperoleh nilai ujian tinggi sehingga masuk sekolah negeri. Orang sukses itu adalah mereka yang berasal dari jurusan X, Y, ataupun Z."

Dalam kehidupan sehari-hari, betapa anggapan-anggapan itu amatlah umum. Bahkan, tidak jarang kita temui orang tua yang melakukan beragam cara agar anak-anak mereka memenuhi kriteria-kriteria itu. Tidak sedikit orang tua yang kemudian membatasi atau melarang banyak hal yang disukai atau menjadi minat anak-anaknya hanya karena tidak memenuhi kriteria-kriteria itu. Sangat ironi.

Kotak-kotak manusia itu sebanyak jumlah manusia itu sendiri. Amat banyak. Sangat variatif. Setiap anak terlahir dengan karakter, kemampuan, dan potensi masing-masing. Setiap manusia punya jalan hidupnya masing-masing. Tidak dapat diminta. Tidak bisa ditolak. Tidak kebetulan. Semua sudah Tuhan tentukan dengan amat detail mengagumkan.

Pintar, sukses, ataupun hebat adalah relatif yang bisa kita tafsirkan dengan beragam hal. Kita tidak boleh membatasi kriteria-kriteria itu dengan amat sempit. Boleh jadi, anak-anak yang kemampuan akademiknya pas-pasan, memiliki bakat seni yang luar biasa. 

Boleh jadi, anak-anak kita yang nilai ujiannya tidak tinggi justru telah mendefinisikan orang hebat dengan amat bijaknya : dengan menjunjung tinggi kejujuran, dengan mengutamakan proses pembelajaran. 

Anak-anak yang tidak tertakdir sebagai dokter, sebagai insinyur, barangkali berkesempatan mengeja makna sukses dengan menjadi pelaku seni, atlet olahraga, atau bahkan pengusaha sukses. 

Mereka yang tidak bertakdir meraih gelar akademik tinggi atau bahkan jabatan-jabatan strategis, boleh jadi memaknai suskes dengan ide-ide kreatif atau bahkan minat-minatnya. 

Sungguh, definisi pintar, sukses, ataupun hebat beragam bentuknya. Karenanya, alih-alih membatasi, memperbandingkan, atau mengolok-olok bukankah lebih baik membesarkan hati dan memotivasi anak-anak kita? 

Entah apapun potensi itu,kalau terus dikelola dengan baik, disirami dengan kasih sayang, dipupuk dengan kepercayaan, pasti suatu hari akan menjadi hal yang luar biasa. Siapapun mereka, setiap anak berhak mendefinisikan kata pandai, sukses, dan hebatnya masing-masing........*

Untuk adikku....

Begitulah hidup. Kita tidak pernah bisa meminta untuk terlahir sebagai siapa atau dimana. Kita tidak pernah bisa memilih dengan latar belakang keluarga seperti apa kita dibesarkan. Kita tidak bisa memohon hal-hal apa saja yang boleh terjadi atas kita. Tidak pernah dan tidak akan bisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun