Dipinggiran jalan sangat mudah kita melihat spanduk bertuliskan "perubahan", "pembangunan", "untuk rakyat", "lanjutkan pembangunan" dan beragam kata mutiara lainnya. Kata-kata mutiara itu sangatlah indah, indah sebagai kata-kata bukan indah sebagai nyata.Â
Begitu sulit untuk percaya dengan kata-kata mutiara itu, ketika kita melihat dunia nyata tak seindah dengan dunia kata. Pembangunan kalau tidak terbatas pada kata fenomena tandu itu tidak akan terlihat. Begitupun dengan kata untuk rakyat seandainya itu bukan hanya kata, fenomena luput pada pemerhatian itu tidak akan ada. Begitupun dengan kata-kata indah lainnya.
Perubahan itu seharusnya terjadi, tapi perubahan juga ada yang memiliki sifat evolusi dan juga revolusi. Perubahan ada yang membutuhkan waktu cepat ada juga yang begitu sangat lambat perubahan itu terjadi. Perubahan menuju kemajuan itu membutuhkan ketulusan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
Daerah yang kaya akan sumber daya alamnya, sangat disayangkan ketika pemanfaatan itu tidak menghasilkan kepada perubahan sosial dan pendapatan masyarakat banyak. Daerah yang penulis kunjungi merupakan daerah yang kaya akan sumber alamnya, masyarakat setempat memanfaatkan potensi itu untuk keperluan hidupnya.Â
Seandainya, pihak berwajib memiliki cita-cita seperti tertuang pada kata-kata mutiara di dalam spanduk itu. sudah seharusnya kehadiran pihak berwajib ikut mengembangkan potensi bukan malah memutus mata rantai makanan.
Pembangunan yang memanusiakan manusia itu harus jadi utama, sebagai daerah yang memiliki cita-cita sebagai pengembang dalam pariwisata sudah sewajarnya merawat atas segala potensi itu yang menjadikan peningkatan kesejahteraan.Â
Pembangunan yang seperti itulah yang menjadi cita-cita bersama. Bukan malah membangun yang hanya menguntungkan segelintir kelompok saja. Bangunlah pembangunan itu yang memberikan efek positif untuk masyarakat. Jalan terjal yang terhampar luas itu harus menjadi jalan harapan bagi masyarakat bukan jalan yang menakutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H