Depok, 3 Januari 2024 - Kota Depok, sebagai gambaran keragaman urban di Indonesia, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Dalam wawancara eksklusif dengan pelaku usaha, terutama pedagang kaki lima, dan masyarakat, saya menyelidiki permasalahan ini dan upaya solusi yang diusulkan.
TANTANGAN PEDAGANG KAKI LIMA
Pedagang kaki lima di Depok menyoroti kendala infrastruktur pengelolaan sampah yang minim. Slamet, seorang pedagang nasi goreng, menyatakan keprihatinannya terkait minimnya tempat sampah dan penjemputan yang tidak teratur di sekitar tempat usahanya. "Kami membutuhkan solusi efektif untuk mengatasi masalah sampah yang terus meningkat," ungkapnya.
Slamet menambahkan, "Tanpa tempat sampah yang memadai, kami kesulitan menjaga kebersihan di sekitar warung kami. Ini merugikan lingkungan dan citra usaha kami."
Ketidakcukupan fasilitas tempat sampah dan ketidakteraturan penjemputan sampah mengancam lingkungan dan berdampak pada usaha pedagang kaki lima. Pemahaman dan dukungan yang lebih baik terhadap kebutuhan pedagang kaki lima menjadi krusial.
PERSPEKTIF MASYARAKAT
Masyarakat juga berkontribusi pada permasalahan ini, dengan tingkat kesadaran lingkungan yang rendah. Raya, pemuda di sekitar lokasi, menyatakan pemahaman rendah terhadap pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Raya menambahkan, "Saya sering melihat tetangga membuang sampah sembarangan. Kesadaran lingkungan masih rendah. Inisiatif pemuda membantu meningkatkan pemahaman tetangga tentang kebersihan." (3/1/2024).
Tingkat kesadaran lingkungan menjadi tantangan serius. Program edukasi kunci dalam mengubah pola pikir masyarakat terkait pengelolaan sampah.
SOLUSI DAN UPAYA BERSAMA