Mohon tunggu...
Suryadi
Suryadi Mohon Tunggu... -

Saya menulis dengan sikap rendah hati. Saya hanya berharap dari apa yang saya tulis, orang lain akan beroleh manfaat, walau mungkin hanya secuil. Dan saya berharap dari manfaat yang diperoleh orang lain dari tulisan saya itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan berkenan membalasnya dengan menunjukkan jalan kebenaran dalam hidup saya. (Personal page: http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hikayat Padi Sumatera

4 Agustus 2016   05:34 Diperbarui: 4 Agustus 2016   07:22 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak salah rasanya ungkapan Minangkabau klasik: “dek ameh sagalo kameh, dek padi sagalo jadi” (‘Oleh emas segalanya kemas, oleh padi segalanya jadi / segala yang direncanakan dapat diwujudkan’).

Mungkin harus ditelusuri lebih jauh, apakah contoh dari semua varietas padi lokal Sumatera itu ada tersimpan di Belanda sekarang, seperti di Zoölogisch Museum Amsterdam atau mungkin di tempat lain. Saya bermimpi, pada suatu hari varietas-varietas padi lokal Sumatera itu dapat di-cloning dan ditanam kembali di tempat asalnya. Siapa tahu kita dapat melihat lagi berbagai jenis padi yang tinggi-hijau dan lebat-rimbun daunnya. Saking tingginya, konon dulu banyak pejuang Republik dapat bersembunyi di antara rumpun-rumpun padi di tengah sawah yang luas ketika mereka dikejar oleh tentara Belanda.

Catatan: Versi cetak esai ini, dalam versi yang lebih singkat, terbit di harian Padang Ekspres, Sabtu, 3 Juli 2010.

Dr. Suryadi, MA.

Staf pengajar Department of South and Southeast Asian Studies

Institute for Area Studies, Universiteit Leiden, Belanda

(http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi)

(https://niadilova.wordpress.com/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun