Mohon tunggu...
Suryadi
Suryadi Mohon Tunggu... -

Saya menulis dengan sikap rendah hati. Saya hanya berharap dari apa yang saya tulis, orang lain akan beroleh manfaat, walau mungkin hanya secuil. Dan saya berharap dari manfaat yang diperoleh orang lain dari tulisan saya itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan berkenan membalasnya dengan menunjukkan jalan kebenaran dalam hidup saya. (Personal page: http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hikayat Padi Sumatera

4 Agustus 2016   05:34 Diperbarui: 4 Agustus 2016   07:22 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 4: Jilid yang lain dari seri laporan 'Sumatra-Expeditie'. (Courtesy Leiden University Library, Leiden, Belanda)

Beberapa varietas ditemukan di lebih dari satu nagari: Jangguik* (Rangkiang Luluih, Pasia Talang); Gandosasak (Aijië-Loeô, Sungai Abu, Pasia Talang); Kaciak (Batu Bajanjang, Sălimpè); Kubuang (Data, Pasia Talang); Kuniang (Aijië-Loeô, Supayang, Batu Bajanjang, Sungai Abu, Salimpek, Talang Babungo); Kuriak (Aijië-Loeô, Alahan Panjang); Kurito (Sungai Abu, Sălimpè); Kutu (Talang Babungo, Pasia Talang); Ladang (Aia Dingin, Sariak Alahan Tigo, Singai Nanam); Ladang puti (Alahan Panjang, Sălimpè); Udang (Aijië-Loeô, Data); Puti (Sungai Abu, Sălimpè, Talang Babungo); Rotan (Talang Bangungo, Alahan Panjang); Sari manih (Aijië-Loeô, Supayang); Siarang (Aia Dingin, Sungai Abu, Sălimpè, Talang Babungo, Sungai Nanam); Sirah (Garabak, Alahan Panjang, Sungai Abu); Sirandah (Aijië-Loeô, Rangkiang Luluih, Pasia Talang); Sirandah baru (Aijië-Loeô, Rangkiang Luluih, Pasia Talang); dan Candai (Aijië-Loeô, Supayang).

Varietas pulut (Sipuluik)

Sekarang kita hanya mengenal dua jenis beras pulut (Bahasa Minang: ‘sipuluik’) saja: yaitu sipuluik putiah (yang biasa dibuat jadi katan dan lamang) dan sipuluik itam (yang biasa dibuat jadi tapai ; lihat Foto 1). Namun, dulu rupanya ada lusinan varietas padi pulut yang hidup di pulau Sumatera, khususnya di dataran tinggi Minangkabau.

Van Hasselt dkk. mencatat, di Sungai Nanam ditemukan varietas Sipuluik dan Sipuluik aluih. Di Rangkiang Luluih ditanam Sipuluik babak, Sipuluik duo baleh dan Sipuluik saruik. Di Sariak Alahan Tigo penduduk banyak menanam varietas Sipuluik godok.

Di Pasia Talang ditemukan banyak varietas pulut: Sipuluik Batang Hari*, Sipuluik bui, Sipuluik itam nan gadang*, Sipuluik kambang, Sipuluik kuku balam, Sipuluik ruyuang, Sipuluik saga*, Sipuluik sangaik labek, Sipuluik siamang, Sipuluik nata nan gadang, Sipuluik silarian, Sipuluik sirah dan Sipuluik suto.

Di Aijië-Loeô ditemukan varietas Sipuluik gundo, Sipuluik mato harimau, Sipuluik suri dan sipuluik siarang. Kemudian ada pula varietas Sipuluik itam batang (Sungai Abu), Sipuluik lilin (Batu Bajanjang), Sipuluik merah (Supayang), Sipuluik samato (Data), Sipuluik samek (Talang Babungo) dan Sipuluik situka (Garabak).

Beberapa varietas pulut tumbuh di lebih satu daerah, seperti: Sipuluik jangguik (Alahan Panjang, Sălimpè, Sungai Abu, Talang Babungo); Sipuluik itam (Rangkiang Luluih, Pasia Talang); Sipuluik ladiang (Aia Dingin, Sălimpè); Sipuluik nata (Batu Bajanjang, Pasia Talang); Sipuluik tali (Supayang, Talang Babungo, Pasia Talang); Sipuluik tarok (Aijië-Loeô, Alahan Panjang; dan Sipuluik tulang* (Aijië-Loeô, Batu Bajanjang dan Pasia Talang).

Foto 4: Jilid yang lain dari seri laporan 'Sumatra-Expeditie'. (Courtesy Leiden University Library, Leiden, Belanda)
Foto 4: Jilid yang lain dari seri laporan 'Sumatra-Expeditie'. (Courtesy Leiden University Library, Leiden, Belanda)
Punahnya kekayaan pangan Sumatera

Kini hampir semua varietas padi lokal hasil dari kekayaan alam pulau Sumatera itu sudah punah. Seiring dengan program swasembada pangan yang dicanangkan oleh Pemerintahan Orde Baru di tahun 1980-an, didatangkanlah varietas padi baru dari luar, hasil dari utak-atik agro industri bangsa-bangsa maju. Varietas baru itu lebih cepat dapat dipanen. Sedangkan varietas-varietas padi lokal yang batangnya tinggi-tinggi dan bulirnya besar-besar itu tidak ditanam lagi karena usianya cukup panjang sebelum dapat dipanen, jadi dinilai tidak efektif untuk mencapai swasembada pangan.

Keterbelakangan bangsa Indonesia dalam teknologi pertanian melenyapkan kesempatan bagi kita untuk membudidayakan varietas-varietas padi unggul yang pernah hidup subur di tanah Sumatera sendiri. Campur tangan manusia terhadap alam, ditambah lagi dengan pemakaian pestisida yang tidak terkontrol, telah memu(s)nahkan banyak varietas padi asli dari Sumatera itu. Sekarang kita tergantung kepada beras impor (juga buah impor, daging impor, dll.). Dan segelintir jenis padi masa sekarang tak kuat menghadapi serangan hama wereng dan keong mas. Inilah cerita miris dan ironis dari sebuah negara agraris terbesar di Asia Tenggara!

Dengan menginformasikan kembali nama-nama padi itu, yang saya kira elok pula dicatat oleh para pekamus, paling tidak kita mendapat gambaran betapa subur dan kayanya pulau Sumatera dengan berbagai varietas padi di masa lampau. Padi-padi itulah yang mengisibubungi rangkiang-rangkiang rumah gadang-rumah gadang Minangkabau pada masa lampau, tempat persediaan pangan yang tak pernah kurang, tempat dagang lalu minta makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun