Mohon tunggu...
Suryadi
Suryadi Mohon Tunggu... -

Saya menulis dengan sikap rendah hati. Saya hanya berharap dari apa yang saya tulis, orang lain akan beroleh manfaat, walau mungkin hanya secuil. Dan saya berharap dari manfaat yang diperoleh orang lain dari tulisan saya itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan berkenan membalasnya dengan menunjukkan jalan kebenaran dalam hidup saya. (Personal page: http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih tentang Pematung Isamu Noguchi dan Patung Kepala Bung Karno

18 Juli 2016   09:40 Diperbarui: 19 Juli 2016   01:26 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam esai saya yang berjudul ‘Patung Kepala Bung Karno Yang Pertama (1950)’ yang terbit dalam Kompasiana (lihat:http://www.kompasiana.com/suryadileiden/patung-kepala-bung-karno-yang-pertama-1950_5776f6c462afbd3538957997) telah diinformasikan tentang pembuatan patung kepada Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, oleh pematung Isamu Noguchi. Dalam esai itu dilampirkan dua foto yang menunjukkan proses pembuatan patung kepada Bung Karno itu oleh Isamu.

Dalam esai ini saya tambahkan dua foto lagi yang ditemukan dalam majalah lama yang terkait dengan pekerjaan pematung Isamu Noguchi itu dan beberapa keterangan tambahan tentang pematung asal Amerika berdarah Jepang itu. Sumbernya adalah: Madjalah MERDEKA, No.16, Th. III, 22 April 1950: 17. Berikut pokok-pokok informasi yang dirangkum dari sumber di atas.

Isamu Noguchi adalah seorang seniman patung yang sangat terkenal di zamannya. Ia memiliki pandangan sendiri tentang kesenian. Baginya “kesenian bukan sadja untuk mereka jg. [yang] dapat membajar dengan harga tinggi untuk sebuah lukisan indah, untuk suatu patung berharga atau kartjis mahal untuk opera bagus”. Kesenian baginya merupakan persembahan terbaik kepada manusia agar dapat menikmati keindahan secara bersama-sama.

Patung-patung ciptaan Isamu telah menghiasi ruang publik di beberapa kota penting di dunia, menghiasi dinding-dinding gedung “di mana [si] kaja dan [si] miskin, peremuan dan laki-laki, ahli seni dan bukan, dapat merasakan keindahan” karya seni patung bikinannya. Demikianlah umpamanya, satu karyanya berupa fresco mengenai sejarah dunia yang dipahatkan di marmer menghiasi satu pasar di Mexico City. Satu karyanya yang lain menghiasi gedung Associated Press di Jalan Rockefeller Plaza di New York City.

Isamu Noguchi bukan hanya ahli seni patung (sculptor) saja, tapi pintar pula melukis. Bahan-bahan yang digunakan untuk karya-karya Isamu bisa berupa batu, marmer, kayu, tembaga, dan jenis logam lainnya. Karya-karya patungnya tidak hanya berupa patung kepala tokoh-tokoh penting di dunia, tapi juga sesuatu yang abstrak yang didasarkan atas perasaan dan sentimen-sentimen sosialnya. Demikianlah umpamanya, ia pernah membuat patung “seorang lelaki kulit hitam jang digantung hidup[-hidup] karena ia menjebabkan amarah dan kebentjian kaum kulit putih” dari batu marmer yang berwarna hitam.

Isamu Noguchi lahir pada tanggal 17 November 1904 di California, Amerika Serikat, dari seorang ibu Amerika dan ayah Jepang. Ketika berusia 2 tahun, orang tuanya membawanya ke Jepang. Pada usia 13 tahun Isamu dan orang tuanya kembali ke Amerika Serikat dan mereka tinggal di New York. Pada tahun 1922 Isamu, yang waktu itu berusia 17 tahun, mulai “bekerdja pada seorang ahli seni kenamaan di Amerika Serikat” (tidak disebutkan namanya). “Di New York ia beladjar kenal dengan ahli-ahli seni pahat Amerika.”

Pada tahun 1927, Isamu mendapat beasiswa Guggenheim untuk belajar seni patung ke Paris. Di ibukota Perancis itu ia berguru kepada seniman patung kenamaan Brancusi yang berasal dari Rumania. Brancusi sangat terkenal dengan gaya abstrak-nya.

Dua puluh tahun kemudian Isamu sudah menjadi pematung tersohor pula di dunia. Seperti sudah sama diketahui, patung kepala adalah spesialisasinya, yang kemudian “banjak membawa uang dalam sakunya, sehingga ia tjukup kaja untuk membuat perdjalanan keliling dunia. Bagi Isamu jang lahir dari keluarga sederhana sadja, perasaan bahwa kesenian membuat dia kaja, gandjil djuga.”

Dalam tahun 1930-1931, Isamu berkeliling beberapa negara. Ia pergi mengunjungi Eropa lagi, lalu ke Rusia dan Machuria, Peking, dan Jepang. Tahun 1931 adalah kunjungan terakhirnya ke Negeri Samurai itu. Perang Dunia II, dengan segala konsekuensinya terhadap situasi politik internasional, telah menjauhkan Isamu dari asal ayahnya itu.

Selama di Eropa, Isamu lama bermukim di Italia. Ia mempelajari kesenian Italia secara mendalam. Tapi ia memutuskan kembali ke Amerika Serikat, negeri yang menurutnya menyediakan kebebasan dari segala ikatan.

Sejak itu, perhatiannja tidak lagi terbatas pada patung-patung kepala. “Hasil buah tangannja kini kelihatannja sudah mendjadi abstrak. Patung-patungnja mendapat tempat di “Museum of Modern Art.” Isamu “suka membuat barang-barang besar, dan menghias dinding [yang] tinggi2.Ia suka menghias loteng, karena segala sesuatu jang mengelilingi manusia tidak perlu djelek, [tapi] dapat djuga diperbagus.”

Isamu Noguchi pernah dikontrak oleh Pemerintah Negara Bagian Hawaii, Amerika Serikat. Tugasnya ialah untuk mempercantik kota Honolulu. Akan tetapi bukan keindahan saja dipikirkannya. Konsepnya ialah: bagaimana seni dapat memanusiakan manusia. Maka, ketika bekerja di Honolulu, Isamu “djuga mentjari apa-apa jang praktis.” Maka “ditjiptakannjalah model untuk taman kanak-kanak, lengkap dengan ajunan-ajunan, tempat merosot, buaian dll. Semuanja ini dibuatnja setjara artistik. Noguchi tidak pertjaja bahwa kesenian dapat mentjapai tingkat tinggi djikalau hanja satu[-]dua orang sadja dapat merasakan keindahan daripadanja.” Kesenian bagi Isamu bukan untuk sekadar digantung di dinding atau disimpan di museum. “Kesenian harus dipergunakan oleh semua golongan manusia.”

Sangat terkesan dengan kebudayaan Indonesia

Sebetulnya Isamu sudah lama ingin datang ke Indonesia. Tapi baru tahun 1950 hal itu dapat diwujudkannya. “Ketika ia menerima Guggenheim fellowship (beasiswa untuk kaum seniman) pada tahun 192[7,] ia diperbolehkan djuga ke Indonesia, akan tetapi oleh suatu atau lain sebab [kunjungan itu] tertunda.”

Barulah pada tahun 1950, ketika usianya sudah mencapai 45 tahun, Isamu dapat mengunjungi Indonesia. Sejak semula sudah direncanakannya bahwa kunjungannya ke Indonesia adalah untuk membuat patung kepala Presiden Sukarno, seorang pemimpin negara yang baru merdeka dari penjajah yang sedang naik bintangnya pada waktu itu. Selama kira-kira dua setengah bulan berada di Indonesia, Isamu berkeliling ke banyak daerah dan pulau-pulau. Kunjungannya ke Indonesia itu telah memperluas pengetahuannya tentang kesenian Indonesia.

Foto 2: Pematung (sculptor) Isamu Noguchi dalam usia sekitar 45 tahun (Sumber: Madjalah MERDEKA, No.16, Th. III, 22 April 1950: 17)
Foto 2: Pematung (sculptor) Isamu Noguchi dalam usia sekitar 45 tahun (Sumber: Madjalah MERDEKA, No.16, Th. III, 22 April 1950: 17)
Kenang-kenangannya tentang Indonesia, demikian [Isamu] berkata kepada seorang koresponden Madjalah Merdeka, tidak akan dilupakannya untuk seumur hidupnja.”

Demikian sedikit tambahan informasi tentang Isamu Noguchi, si pembuat patung kepada Bung Karno itu. Pematung terkenal itu meninggal di New York pada 30 Desember 1988 dalam usia 84 tahun (lihat: Isamu Noguchi, the Sculptor, Dies at 84; dikunjungi 18-07-2016).

Sebagaimana diinformasikan oleh salah seorang pembaca esai terdahulu, yaitu Bapak Sirpa, patung kepala Presiden Soekarno ciptaan Isamu Noguchi itu sekarang tersimpan di Museum Smithsonian di Washington, Amerika Serikat. Lebih jauh mengenai koleksi ini, lihat: Collections.si.edu  (dikunjungi 17-07-2016). Besaru patung itu dua kali lebih besar dari kepada Bung Karno. Dan melalui esai ini dan esai terdahulu kita tahu bahwa patung itu telah menyinggapi Italia terlebih dahulu sebelum akhirnya disimpan di tempat penyimpanannya sekarang di Washington.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi kalangan peneliti seni dan para pembaca Kompasiana pada umumnya.

Dr. Suryadi, MA.

Staf pengajar Department of South and Southeast Asian Studies

Institute for Area Studies, Universiteit Leiden, Belanda

(http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi)

(https://niadilova.wordpress.com/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun