Mohon tunggu...
Suryadi
Suryadi Mohon Tunggu... -

Saya menulis dengan sikap rendah hati. Saya hanya berharap dari apa yang saya tulis, orang lain akan beroleh manfaat, walau mungkin hanya secuil. Dan saya berharap dari manfaat yang diperoleh orang lain dari tulisan saya itu, Tuhan Yang Maha Kuasa akan berkenan membalasnya dengan menunjukkan jalan kebenaran dalam hidup saya. (Personal page: http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PPI Belanda di Zaman Orde Lama

8 Juli 2016   16:08 Diperbarui: 19 Juli 2016   05:55 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 6: Halaman depan salah satu edisi Chattulistiwa/De Evenaar. (Courtesy: Leiden University Library, Belanda).

“Although the peranakan Chinese population was a small minority in the Netherlands East Indies, the number of peranakan [Chinese] students was slightly higher than that of the ‘native’ Indonesian students who arrived in the Netherlands in the same periode. […] They were closely knit and better organized, and the population was big enough to build its own infrastructure parallel to the structures of the Indonesian students in the Netherlands.” (Stutje, hlm. 530)

CHH didirikan tahun 1911, 3 tahun setelah didirikannya Indische Vereeniging (PH) di Leiden (Stutje 2015: 250-251). Sampai tahun-tahun pertama abad ke-20 jumlah anggotanya sekitar 50an orang, tapi kemudian meningkat menjadi sekitar 150 orang setelah PD II. CHH memiliki cabang di setiap kota, seperti Piën Lun Hui (cabang Leiden), Chung San Hui (Cabang Amsterdam), dan Chin Hui (Cabang Delft). Jurusan favorit mereka: hukum Leiden, kedokteran di Amsterdam, teknik di Delft dan ekonomi di Rotterdam. Secara sosial CHH dekat dengan elite akademisi Belanda, berhubungan baik dengan organisasi-organisasi pelajar Belanda (Stutje 2015: 251). Berdasarkan pembacaan saya terhadap rubrik “SOCIETY-News” dalam edisi-edisi majalah Chattulistiwa/De Evenaar yang terbit dalam dekade 1950an, dapat dikesan bahwa jumlah mahasiswa Indonesia keturunan Tionghoa tetap signifikan di tahun 1950an.

Selain itu ada IMKI (Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia), yang tampaknya berdiri sekitar 1952 (atau mungkin lebih awal). IMKI juga mempunya cabang di beberapa kota. Majalah Chattulistiwa/De Evenaar, 5e Jaargang, No, 7, Mei/Juni 1952: 6 mencatat susunan Bestuur-nya:

“Preases : B. Moeliono

Vice Preases: Kho Khik Soen

Ab-actis : So Poo Giap

Questrix : Mej. Liem Sioe Gien

Adres van het Secretariaat: Rooseveltlaan 198 III, A’dam Z [Amsterdam Zuid].”

Mahasiswa-mahasiswi yang bergama Kristen membentuk PerKi (Persatuan Kristen Indonesia). PerKi, yang tampaknya sudah terbentuk lebih awal dari 1951, memiliki cabang di beberapa kota dan menerbitkan majalah sendiri yang berjudul Kesaksian. Pengurus PerKi (1952-1953) adalah sbb: Ketua Umum: P. H. S. Marpaung; Wakil Ketua Umum: T. W. Moelia; Penulis I: Surjanto Utomo; Penulis II: Oerip Hartojo; Bendahara: The Ing Lok; Pembantu Urusan Agama: R. M. Pakun; Pembantu Umum: G. M. Nainggolan. Alamat Bendahara Pusat: Schinkelhavenstraat 51, Amsterdam. Giro: 312795 (Chattulistiwa/De Evenaar, 6e Jaargang, No, 4, Februari 1955: 8).

Organisasi pelajar yang lain adalah IMPI (Ikatan Mahasiswa Psychologie Indonesia). De Evenaar/Chattulistiwa, 5e Jaargang, No, 5, Februari/Maart 1952: 10 memberitakan:

“‘Ikatan Mahasiswa Psychologie Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun