Pendapat satoe prof. Duitsch
Satu prof. Duitsch [Jerman], yang menyelidiki keadaan-keadaan ajaib di Sumatera pernah menerangkan bahwa sesudah diselidikinya betul-betul, orang mesti tarok percaya juga atas kepercayaan anak negeri itu, dan itu stillekracht [kekuatan gaib] katanya, ada[lah] satu wetenschap [pengetahuan] dari Sumatera, yang belum begitu diketahui oleh ahli wetenschap di Barat.
Bermula juga katanya, ia beranggapan yang itu semua kejadian ada sebagai “verschijnsel” [gejala], sebab katanya sudah pernah diperiksa batok kepalanya seorang manusia dari Sumatera Barat, yang mempunyai ilmu di waktu hidupnya, di mana orang dapat tahu bahwa otaknya ada luar biasa beratnya, dan tahan kuat buat berpikir hal-hal yang sulit.
Di dalam otak [orang] itu ada semacam “zat” yang jarang didapati pada manusia biasa, ingatannya amat terang, dan mudah sekali buat dididik orang serupa ini buat mempelajari filosofi.
Bahwa segala ini kejadian-kejadian bisa didapat hanya di orang-orang yang tempatnya dekat garisan equator, prof. itu juga percaya, sebab katanya di tanah Afrika juga terdapat ahli-ahli ilmu sihir, di tempat-tempat yang dekat equator, dan begitu juga di Amerika [Latin] (Anon., “Dari hal ‘tjindakoe’ dan ‘palasik’ jang ditakoeti orang di Soematera”, Pandji Poestaka, No. 22, Tahoen X, 15 Maart 1932, hlm. 345 [Serba-Serbi]).
Demikianlah sedikit rangkuman cerita mengenai orang pendek (leco) yang hidup di rimba-rimba saya Sumatera yang sampai kini masih diliputi misteri. Mungkin misteri tentang leco akan tetap menjadi bagian dari cerita yang tak terjelaskan dalam lingkungan budaya masyarakat kita.
Dr. Suryadi, MA.
Staf pengajar Department of South and Southeast Asian Studies
Institute for Area Studies, Universiteit Leiden, Belanda