Siapa yang tidak kenal Bung Karno. Kepopuleran Presiden Republik Indonesia yang pertama itu tidak hanya sebatas dalam negeri dan regional, tapi juga telah mendunia. Kekaguman banyak orang mungkin beralasan: beliau berhasil “menciptakan” sebuah bangsa, yang alhamdulillah sampai sekarang masih eksis dan masih mampu bertahan dari godaan "setan-setan" yang selalu hendak menggenggam dunia, dari serpihan-serpihan ratusan puak, yang tinggal berjauhan diselang-selingi oleh laut dan selat, yang ringkih akibat dihisap ratusan tahun oleh kolonialisme Barat. Ia menciptakannya dengan mulutnya yang lancar berbicara, sering berapi-api, dibantu oleh bambu runcing dan senjata-senjata tua peninggalan para penjajah yang tak sempat mereka bawa ke negerinya.
Bila kita rajin membolak-balik surat kabar-surat kabar dan majalah-majalah lama dari periode revolusi kemerdekaan hingga menjelang berakhirnya Orde Lama, maka kita akan mendapat kesan betapa populernya Bung Karno. Foto-fotonya, sendiri, dengan Ibu Fatmawati, dengan keluarga, dan dengan para politisi dalam dan luar negeri, dicetak dan diperjualbelikan untuk umum.
Bahkan pin dengan gambar Presiden Sukarno juga dijual di mana-mana. Orang-orang bangga menyematkan pin itu di baju mereka. Kita tahu pula, beberapa biografi Sukarno sudah ditulis oleh penulis dalam dan luar negeri, baik semasa beliau masih hidup maupun setelah meninggal. Begitu juga menjadi objek seni lukis: wajah Bung Karno sering dilukis oleh pelukis-pelukis ternama.
Dengan kata lain, Bung Karno sudah lumrah menjadi objek dunia seni. Namun, mungkin jarang orang mengetahui bahwa Bung Karno juga pernah menjadi objek seni patung. Kita tentu maklum, bahwa masyarakat Indonesia tidak begitu antusias dengan seni patung karena terkait dengan agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduknya.
Ajaran Islam tidak memberi peluang kepada perkembangan seni patung, khususnya yang memakai objek manusia. Adalah dianggap dosa apabila seorang pemimpin, misalnya, diabadikan dalam bentuk patung, karena seni patung dianggap bisa mendekatkan umat Islam kepada penyembahan berhala.
Akan tetapi, ternyata Presiden Sukarno pernah diabadikan dalam bentuk pantung. Hal itu dilakukan pertama kalinya oleh seorang pematung Amerika Serikat berdarah Jepang, Isamu Noguchi pada tahun 1950. Ia telah membuat patung kepala Presiden Sukarno, sebagaimana dapat dilihat dalam foto di atas. Sumber foto ini, dan teks yang disalin di bawah, adalah Madjalah MERDEKA, No. 11 Th. III, 25 Maret 1950: 18.
Teks yang menyertai foto ini berbunyi sebagai berikut (ejaan disesuaikan; cetak miring oleh Suryadi):
KEPRESIDENAN: Bung Karno Diabadikan
Presiden Indonesia Serikat bermacam-macam kewajibannya. Urusan-urusan negara adalah kewajibannya yang utama. Akan tetapi di samping urusan negara, ada juga kewajiban sosial dan lain-lain yang perlu dipenuhinya. Dalam kewajiban lain-lain itu termasuk duduk diam saban hari satu jam lamanya, tujuh hari berturut-turut. Sudah sering Bung Karno duduk diam untuk orang-orang seni lukis, akan tetapi baru sekali ini beliau duduk diam untuk seorang seni[man] pahat. Memang banyak sudah Indonesia dikunjungi oleh seniman luar negeri, tapi kunjungan seorang ahli pemahat patung kiranya baru kali ini.
Seni pahat Noguchi. Isamu Noguchi, seorang seniman seni pahat, warga Amerika Serikat, dilahirkan dari ibu Amerika dan bapak Nippon. Ayahnya adalah Noguchi, seorang penyair kenamaan dan kini masih tinggal diam di Nippon. Isamu sendiri berdiam di Amerika Serikat. Ia menginjak bumi Indonesia kira-kira sebulan yang lalu, dan berhasrat mengabadikan kepala Negara kita yang masih muda ini. Dan sebagaimana seorang seniman tulen, Noguchi tidak serampangan saja dapat dan mau menciptakan sesuatu. Ia tertarik [kepada] Bung Karno, dan sebelum meninggalkan Indonesia lagi, sudah mesti selesai patung Presiden RIS ini.
Kepada ilham seni ini, Bung Karno memberikan jaw[ab]an tegas. Beliau bersedia melowongkan waktunya.
Matanya kedipan. Banyak sudah patung orang-orang besar yang dipahat Noguchi. Sebelum datang ke Indonesia, ia lama di India, dan berhasil menciptakan patung Pandit Nehru.
Pada tanggal 18 Maret [1950], Noguchi mulai dengan pekerjaannya memahat Bung Karno. Berlainan dengan kebiasaan yang dikenal rakyat, Bung Karno berpakaian piyama saja selama beliau duduk diam di depan Noguchi. Juga pecinya tidak kelihatan lagi. Kadang ketawa, kadang-kadang sungguh-sungguh, sering membelalakkan dan mengerdipkan matanya, beliau suka juga kedip-kedipan matanya. “Inilah [yang] membuat pekerjaan saya sukar”, demikian Noguchi, “sungguhpun roman Bung Karno bukan roman yang sulit dipahat.”
Diselesaikan di Itali. Seminggu saja cukup untuk menyelesaikan patung [kepala] Bung Karno. Pada hari Senen yang lalu patung yang dibuat dari tanah itu dipak di dalam peti dan dikirim langsung ke Itali. Noguchi akan terus berjalan, dan setelah meninggalkan pantai Indonesia, [ia] akan pergi ke Nippon, India, dan kalau peti dengan patung Bung Karno sampai di Itali, Noguchi pun berada di sana. Di Italilah Noguchi akan menyelesaikan patung ini, patung Bung Karno ini masih perlu dituang dengan tembaga.
“Kalau dihitung dengan angka-angka” demikian Noguchi, “banyak juga harganya, tapi untuk patung ini tidak diminta bayaran.”
Demikianlah sedikit informasi historis mengenai kreasi pertama seni patung yang mengambil objek Presiden Sukarno. Teks di atas juga mencatat kisah lucu: rupanya “Putra Sang Fajar” tidak bisa diam di depan Noguchi. Beliau yang selalu tampil berpakaian resmi, rapi, dan berpeci, pun pada saat dipatungkan oleh Noguchi malah tampil sangat santai: hanya memakai piyama dan tanpa peci beludru yang sudah menjadi ciri penampilannya dan telah menjadi simbol Indonesia.
Adakah sidang pembaca dunia maya yang tahu lebih jauh tentang riwayat patung kepala Bung Karno yang dibuat oleh Isamu Noguchi itu? Apakah karya seni itu masih ada sekarang? Kalau ada, di manakah gerangan ia disimpan? Mengingat bahwa inilah karya seni patung pertama tentang Bung Karno, jika karya Noguchi San itu masih ada sekarang, nilai historis dan nilai seninya tentulah amat tinggi. Mungkin para pemburu barang antik harus menelusuri toko-toko barang antik dan museum-museum di Italia atau negara-negara lainnya di dunia.
Catatan: Salah seorang penanggap artikel ini, Bapak Sirpa, memberitahu penulis bahwa patung kepala Bung Karno bikinan Isamu Noguchi ini ternyata masih tersimpan dengan baik di Museum Smithsonian Institution, Washington DC, Amerika Serikat. Lebih jauh Lihat: http://collections.si.edu/search/results.htm?q=record_ID:siris_ari_29405. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Sirpa atas informasi yang berharga ini.
Dr. Suryadi, MA.
Staf pengajar Department of South and Southeast Asian Studies
Institute for Area Studies, Universiteit Leiden, Belanda
(http://www.universiteitleiden.nl/en/staffmembers/surya-suryadi)
(https://niadilova.wordpress.com/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H