Mohon tunggu...
Surya Darmawan
Surya Darmawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Murah senyum

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilih Muda Penentu Masa Depan

24 Februari 2023   08:11 Diperbarui: 24 Februari 2023   08:20 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tanggal 14 Februari 2024 Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi untuk memilih DPR, DPRD, DPD, dan Presiden. Pemilu 2024 akan didominasi pemilih muda yang berusia maksimum 40 tahun, jumlahnya kurang lebih 107 juta jiwa. Akan banyak pemilih pemula yang sudah dapat menggunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin masa depan. 

Pemilih pemula yang sudah bisa mengikuti pesta demokrasi tersebut mulai dari siswa SMA, mahasiswa, dan warga yang sudah berusia 17-21 tahun. Pemilih pemula tentunya belum ada pengalaman dan gambaran akan pemilu yang akan dilaksanakan pada tahun 2024. 

Meskipun mereka juga pernah mengikuti pemilihan sederhana yang diadakan untuk memilih ketua organisasi, kelompok, ataupun ketua OSIS. Pemilih pemula sangat mudah dipengaruhi untuk memilih salah satu calon atau kandidat dengan iming-iming yang sangat menarik. 

Oleh sebab itu pemilih pemula perlu mendapatkan seminar, pengantar, ataupun sosialisasi terkait pesta demokrasi yang akan diikuti pada tahun 2024. Meskipun pesta demokrasi akan berlangsung tidak begitu lama, tetapi akan membawa dampak sampai beberapa tahun mendatang.

Menurut ketua KPU Hasyim Asy'ari, terdapat tiga aspek pendidikan yang perlu dipahami dalam sosialisasi, pendidikan pemilih, dan partisipasi masyarakat terkait penyampaian informasi. Pertama, aspek Kognitif yaitu membuat paham dan tahu akan pesan yang disampaikan. 

Sampai pada pemahaman dari para pemilih muda yang akan menggunakkan hak pilihnya untuk yang pertama kali. Kedua, aspek Afektif yaitu membangun sikap yang diharapkan dari pemilih. Diharapkan para pemilih dapat menanggapi hal tersebut dengan sikap yang baik dan bijak serta dapat melek akan politik. 

Ketiga, aspek Psikomotorik yaitu pesan yang bisa menggerakkan hati dan menggerakkan pikiran pemilih untuk dapat berpartisipasi di dalam pemilu. Bukan hanya sampai pada pemahaman saja, tetapi sampai pada aksi nyata yaitu mendukung dan berpartisipasi dalam pesta demokrasi yang akan berlangsung.

Sosialisasi kepada pemilih pemula dapat dilakukan oleh siapa saja yang sudah mengerti dan berpengalaman, seperti contohnya orang tua dan guru. 

Bagaimana menanamkan dan mempertegas prinsip-prinsip dalam pemilu, seperti contohnya luber dan jurdil dimana hal tersebut bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Orang tua yang tentunya menjadi teladan dan pendidik nomor satu dalam tumbuh kembang anak, setidaknya memberikan gambaran terkait pesta demokrasi yang sudah pernah orang tua alami dan lakukan. 

Sekolah, melalui para guru dapat menanamkan prinsip-prinsip pemilu melalui pelajaran PPKN ataupun membuka seminar atau input terkait hal tersebut. Setidaknya anak mampu membayangkan pesta demokrasi yang terjadi sebelumnya, dari cerita orang tua ataupun orang dekat yang pernah mengikuti jalannya pesta demokrasi. 

Pemilihan sebelumnya akan berpengaruh pada pemilihan selanjutnya, tentunya ada pembelajaran yang bisa diambil dari pemilihan sebelumnya. Entah itu calon yang sama ataupun sistem pemilihan yang akan dilakukan selanjutnya.

Peran dari orang disekitar sangat dibutuhkan oleh pemilih muda, terlebih para pemilih pemula yang masih abu-abu atau samar-samar dalam pesta demokrasi 2024. 

Pergaulan mampu mempersiapkan anak muda dalam menyambut pesta demokrasi. Pergaulan yang salah atau buruk mampu mempengaruhi anak muda dan dengan mudahnya anak muda mengikuti arus pergaulan. Apalagi anak muda suka pada dunia yang selalu bersama-sama, kesana ikut kesana dan kesini ikut kesini. 

Anak muda, bahkan anak kecil juga diajak mengikuti kampanye-kampanye dengan memenuhi jalan raya yang sebenarnya cukup membahayakan bagi dirinya sendiri dan orang disekitar. Ditambah lagi anak muda menyukai dunia jalan dengan motoran dan dengan knalpot yang berisik dan menimbulkan polusi suara dan udara yang tidak sehat bagi lingkungan dan masyarakat. Mungkin kita pernah melihat para partisipan dari partai tertentu atau pendukung calon tertentu, memenuhi jalan raya dan melakukan kampanye turing disepanjang jalan. 

Siapa saja yang terlibat dalam aksi tersebut? Aksi dukungan atau kampanye tersebut dilakukan oleh semua usia, mulai dari orang tua, remaja, pelajar sampai anak kecil yang masih dibawah umur, baik laki-laki maupun perempuan.

Jangan sampai salah pilih dan jangan sampai tidak pilih, sebab pemilih akan didominasi oleh kaum muda yang masih mudah terombang-ambing oleh situasi yang ada. 

Pemilih diharapkan memilih dengan pikiran yang sehat dan berdasarkan hati nurani dan tidak ikut-ikutan dalam memilih calon pemimpin. Pemilih juga diharapkan untuk menggunakan hak pilihnya dengan sebaik mungkin, jangan sampai tidak memilih atau golput. 

Satu suara dari pemilih sangat berharga bagi masa depan negara dan bangsa. Masa depan akan ditentukan oleh suara rakyat dengan memilih pemimpin yang tepat. Oleh sebab itu para pemilih diharapkan untuk tidak menanggapi atau menerima iming-iming dari para calon dalam bentuk apapun. 

Memilih bukan berdasarkan besarnya uang atau janji yang diberikan, tetapi kualitas dari calon yang dapat mempertahankan, memperbaiki, dan mengembangkan dari apa yang sudah ada dan mengadakan apa yang belum ada. Para pemilih juga diharapkan untuk mengkritisi setiap visi dan misi dari masing-masing calon, supaya visi dan misi tersebut mampu berjalan dengan baik. Bukan sekedar janji dan omong kosong, rakyat membutuhkan pemimpin yang benar-benar melakukan aksi nyata bukan pemimpin yang hanya seenaknya duduk di kursi tahta. Pemilih sebelum menggunakan hal pilihnya, perlu memikirkan dan mempertimbangkan masa depan.

Memilih pemimpin bukan hanya untuk saat itu saja, tetapi untuk beberapa tahun mendatang. Pemilih akan melihat cara kampanye yang digunakan oleh para calon pemimpin. Oleh sebab itu calon pemimpin seharusnya menggunakan cara kampanye yang sehat dan tidak memaksa pemilih untuk memilih dirinya. 

Calon pemimpin diharapkan mampu menunjukkan kualitas dan keutamaan dirinya untuk bisa membawa masyarakat atau rakyat, dalam artian bersedia untuk berjalan bersama di situasi apapun. Calon pemimpin juga harus bersedia untuk turun langsung ke lapangan, supaya para awam biasa merasa disapa oleh para calon yang kelak akan memimpin mereka. 

Pemimpin berasal dari rakyat, bersama rakyat, dan untuk rakyat, dari sebab itu kepemimpinan dari seorang pemimpin juga akan ia rasakan sendiri. Pemimpin akan membawa rakyat pada masa depan yang gemilang dengan kemajuan yang unggul dan modern. Pemimpin yang mau kerja, bijaksana, tegas dan rendah hati merupakan dambaan dari banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun