Program itu sebenarnya sudah diterapkan sejak lama oleh Ki Hadjar Dewantara, tapi lambat laun, semakin ke sini, justru konsep yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantara malah hilang dan diterapkan kembali Ujian Nasional.Â
Pada zaman dulu, dengan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara berharap mampu mengurangi batasan penduduk Indonesia untuk mengakses pendidikan. Pembatasan yang dilakukan oleh pihak penjajah pada saat itu adalah salah satunya dengan penerapan pada sistem penilaian, sehingga belajar kehilangan tujuan pokoknya, tidak untuk perkembangan hidup pada kejiwaan manusia, melainkan belajar untuk mendapat nilai tinggi.
Selain itu, perkembangan sistem pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan pada garis hidup bangsanya (kultur nasional), dengan alasan mengikuti berkembangnya peradaban zaman, kemudian yang dibuat acuan adalah negara lain. Sehingga lagi-lagi kehilangan ciri khas, kultur, karakter, dan identitas pendidikan kita.Â
Padahal dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal I pun sudah dijelaskan bahwasanya sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ini pun semestinya dirumuskan kembali dengan serius.
Adapun sejarah pendidikan nasional kita tidak boleh dilepaskan pada unsur sejarah kebebasannya yang dinamis dan senantiasa bergerak mengalami beragam perkembangan. Begitu pula bagaimana bangsa ini bangkit dari penjajahan, salah satunya dengan perjuangan di bidang pendidikan dan perlu diingat, pada saat itu Taman Siswa hanyalah lembaa pendidikan yang menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mewujudkan tujuannya, yaitu manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batiniah.
Surabaya, 25 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H