Simbol sekaligus inovator pendidikan yang dijadikan harapan masyarakat kala ini adalah menteri pendidikan terbaru kita. Sosok muda penuh inovasi di benaknya, itu ia buktikan dengan perusahaan Gojek yang berhasil ia rintis, bahkan sekarang Gojek mampu menjadi penopang perekonomian banyak masyarakat. Umur tiga puluh lima adalah ibarat api berkobar, masa-masa panas untuk bergerak menciptakan sesuatu yang baru.Â
Gebrakan-gebrakan itu sudah terlihat, namun jangan lupa, di belakang gebrakan harusnya juga ada perealisasian yang signifikan dalam penerapannya pula. Beberapa gebrakan baru itu ia rangkum dalam sistem pendidikan bernama "Merdeka Belajar". Jika orang baru pertama kali mendengar gagasan itu, mungkin terlihat mengesankan karena agak sedikit berbeda dari menteri-menteri sebelumnya.Â
Akan tetapi merdeka belajar ini merupakan sebuah sistem yang bisa lebih berkembang penerapannya ketika ditempatkan pada proses pembelajaran. Mengenai program inovasi tersebut, sebenarnya tidak ada yang baru di dunia pendidikan, jika kita melihat dari esensi dan subtansi pendidikan yang sesungguhnya yaitu tentang memanusiakan manusia.
Secara general, penerapan merdeka belajar bermula dari kesadaran terlebih dahulu. Kesadaran tentang sesungguhnya para siswa mempunyai multi kemampuan yang beragam. Mereka tidak bisa disamakan semua.Â
Entah matematika, sains, musik, sastra, seni, dan lain sebagainya. Kemampuan tersebut yang dijadikan dasar untuk mencari potensi dirinya. Guru setidaknya memahami akan hal itu.Â
Tentu sulit, tapi dengan adanya pengetahuan tentang teori, model, strategi dalam pembelajaran, diharapkan mampu mempermudah peran guru untuk mencapai tujuan merdeka belajar.Â
Guru dituntut harus kreatif mengembangkan segala model dan strategi pembelajarannya agar bisa tercipta suasana merdeka belajar. Selain itu, kreatifitas diharapkan mampu juga membimbing guru menjadi pendidik yang memiliki jiwa merdeka mengajar, tapi tetap mengerti koridor-koridor yang ada.
Biasanya guru dijadikan sumber penting pada proses pembelajaran, tapi merdeka belajar, bukan hanya guru yang menjadi pusat terpenting, siswa juga harus jadi subjek utama pada pembelajaran. Freire (2001) dalam bukunya, pendidikan yang membebaskan mengatakan manusia sempurna adalah manusia sebagai subjek, mengerti atas dirinya.Â
Sedangkan manusia yang beradaptasi atau ketergantungan adalah manusia objek, tidak tahu siapa dirinya. Adaptasi di sini lebih mempunyai pengertian depedensi pada orang lain. Bukan berarti siswa belajar sendiri secara bebas, melainkan guru lebih cenderung berperan sebagai pembimbing, bukan pemaksa.
Seperti berita yang dilansir detik.com (12/19), salah satu konsep yang terangkum di Merdeka Belajar adalah UN akan dihapus pada tahun 2020 ini. Selanjutnya akan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.Â
Sebagai masyarakat Indonesia yang sudah mengalami pengalaman pendidikan panjang dan beragam, selayaknya tidak perlu kaget ketika mendengar kabar inovasi pendidikan tersebut.Â