Itu mungkin hari terakhir aku melihat senyummu. Beberapa hari kemudian, sebelum kamu berangkat mengejar beasiswamu ke negeri orang, kamu datang sambil menangis dengan membawa beberapa dus buku di atas motormu.
"Kenapa... ??"
Kamu pun bercerita kalau kemarin ibu mu membuang beberapa majalah dan buku koleksi mu. Di kiloin, begitu katamu sambil marah dengan air mata di wajahmu. Aku hanya bisa mengangkat alisku, mencoba memilih untuk mengerti bagaimana perasaan ibumu.
Bukan kamu...
Buku membuatmu lupa, kalau rumahmu tidak seluas perpustakaan yang biasa kau kunjungi. Banyak bukumu yang berada diluar kamarmu. Di atas meja makan, di dalam laci yang seharusnya menjadi laci baju, di dalam lemari peralatan memasak kue milik ibumu, hingga di lemari baju adikmu.
Kamu enggan membuang buku-buku itu, padahal kamu telah membacanya, bahkan beberapa buku kamu hafal apa isinya. Kamu juga enggan menyumbangkannya.Â
Katamu, belum tentu mereka yang disumbangkan buku-bukumu mau merawat bukumu sebaik dirimu. Kamu menganggap buku layaknya hewan peliharaan yang bernyawa, padahal mereka hanyalah sekumpulan benda mati yang isinya hanya itu-itu saja.
"Aku titip di rumah kamu ya... "
"Belum tentu aku rawat loh.. " ujarku detngan nada yang sedikit menggoda.
"Tolong..." satu kalimat yang membuatku mengangguk pelan
**