Namia membuka matanya...
Plafon kamarnya yang bertabur sticker fosfor yang menyala dalam gelap menjadi hal pertama yang dilihatnya, dan buku novel yang tadi di bacanya menjadi hal kedua yag dilihatnya. Ia sepertinya tertidur dan sangat bersyukur bahwa apa yang baru saja di alaminya hanya mimpi belaka, walaupun di satu sisi ia juga memaki mengapa hanya hal buruk yang dilihatnya ketika ia menemui alam bawah sadarnya.
Suara pembawa berita malam dari televisi yang ada di ruang tengah di depan kamarnya kembali ia dengar, bercampur dengan suara dengkuran laki laki dan lolongan anjing tetangganya. Namia diam sesaat, ia tahu situasi dengan 3 macam suara ini persis sama seperti apa yang baru saja di rasakannya, satu satunya yang membedakan hanyalah suara ke empat yaitu suara degup jantungnya yang berdetak cepat seperti suara metronome dengan ketukan yang cepat.
Kring... kring...
 Hadnphonenya berbunyi , dengan nama Johan tertulis jelas di sana, dan Namia bersumpah dia takkan mengangkat handphonenya yang terus berdering itu.