Mohon tunggu...
surya hadi
surya hadi Mohon Tunggu... Administrasi - hula

Pengkhayal gila, suka fiksi dan bola, punya mimpi jadi wartawan olahraga. Pecinta Valencia, Dewi Lestari dan Avril Lavigne (semuanya bertepuk sebelah tangan) :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Si Kepala Desa

30 September 2017   10:37 Diperbarui: 30 September 2017   11:26 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa minggu terakhir ini seisi desa memang menjadi cukup gempar. Semua di awali dari munculnya pesan berantai yang tersebar di masyarakat desa di mana kepala desa di sebut melakukan penyelewengan dana pembangunan desa. Awalnya masyarakat pun tak mau percaya begitu saja dengan pesan berantai tersebut, maklum kepala desa merupakan seorang yang sangat di hormati di desa tersebut.

Selain ramah, kepala desa juga di kenal sangat dermawan dan menjadi orang yang sangat di percayai oleh masyarakat desa. Toh, bagi masyarakat desa ia adalah seorang terpandang yang mau menghabiskan hampir 10 tahun hidupnya untuk mengabdi pada masyarakat di desa yang tergolong miskin ini. Masyarakat menganggap issue tersebut hanyalah rumor yang sengaja di hembuskan, mengingat pemilihan kepala desa sudah sangat dekat. 

Apalagi dalam beberapa minggu terakhir, kepala desa mulai rajin berderma dan membagi bagikan sembako hingga amplop amplop coklat yang berisi uang antara 20 ribu hingga 50 ribu. Jadi, klop lah rasanya jika issue ini di hembuskan, dengan berharap bisa membelokkan persepsi masyarakat bahwa uang dan sembako yang di bagikan tak lebih dari dana desa yang di tilep si kepala desa.

Hanya saja, makin hari issue tersebut seolah makin mendekati kenyataan, apalagi di tambah cerita cerita warga yang pernah melihat kepala desa menyetorkan uang di Bank dalam jumlah besar yang di bawa dengan kantong plastik hitam. Hal yang sebetulnya bukan kali ini saja di lakukan oleh si kepala desa, namun kondisi desa menjelang pemilihan kepala desa memang menjadi rentan dan rawan terpecah belah, sehingga membuat perangkat desa lainnya pun bergerak cepat dengan mengumpulkan tokoh tokoh masyarakat pada suatu malam, tanpa di ketahui oleh si kepala desa.

Malam itu para pejabat desa mulai dari sekretaris Desa, bendahara, hingga karyawan karyawan rendah yang biasa mengurus administrasi di desa tersebut berkumpul, bersama dengan masyarakat lainnya di rumah salah seorang tokoh masyarakat di desa tsb. Mereka berkumpul atas dasar keprihatinan, bahwa issue tersebut memang sudah menjalar kemana mana sehingga membuat masyarakat desa sudah terbelah menjadi dua kelompok.

Malam itu, akhirnya di putuskan sebuah siasat gila untuk menjebak si kepala desa. Para perangkat desa dan tokoh masyarakat mengatur rencana seolah olah ada seorang pengusaha yang ingin melakukan investasi di desa tersebut. Mereka pun meminta tolong pada salah seorang warga dari desa seberang dan mendandaninya layaknya seorang pengusaha. Orang tersebut lalu menemui kepala desa dan mulai melancarkan aksinya dengan terus mendekati kepala desa hingga bertanya berbagai macam hal, mulai dari potensi di desa tersebut, sumber daya manusianya, hingga bagaimana untuk mengurus perijinan di sana.

Beberapa minggu lamanya orang tersebut terus berinteraksi secara intensif dengan kepala desa hingga akhirnya waktu penjebakan pun akhirnya tiba. Hari itu di desa sedang ada acara kebudayaan di mana semua masyarakat berkumpul di alun alun desa yang letaknya tak jauh dari kantor kepala desa. Si pengusaha bohong itu pun sudah membuat janji dengan kepala desa untuk bertemu hari itu di kantor kepala desa.

Sambil menenteng koper besar yang berisi tumpukan uang yang di campur dengan uang mainan , ia menemui kepala desa. Tentunya dengan di matai matai oleh sekretaris desa, tokoh masyarakat dan beberapa warga yang tentunya kontra dan memang selama ini mencurigai si kepala desa.

"Tolong ya pak. Semuanya bisa di atur kan .." ujar orang tersebut sambil tertawa lepas dan membuka kopernya, kemudian menghadapkannya kepada si kepala desa.

Kepala desa terlihat tertawa lebar melihat tumpukan uang yang begitu banyak yang berada di hadapannya, hingga beberapa detik kemudian dia berdiri dan berteriak dengan suara lantang

"Keluar kamu dari kantor saya.. !!"

Pengusaha dan para perangkat serta tokoh masyarakat desa yang awalnya menyangka jebakan mereka berhasil kaget bukan kepalang, terlebih para warga yang selama ini memang kontra dengan si kepala desa.

Cerita itu pun menyebar dengan cepat di seluruh pelosok desa, hanya saja tak ada satupun warga yang tahu kalau pengusaha yang di usir kepala desa merupakan pengusaha gadungan yang notabene akal akalan para perangkat dan tokoh masyarakat di desa dalam upaya mereka menjebak si kepala desa. Dan ketika hari pemilihan tiba, Kepala desa pun terpilih kembali dengan perolehan suara mutlak.

Malam itu, beberapa perangkat desa termasuk si sekretaris dan bendahara desa berkumpul di rumah kepala desa.

"Pak. Maaf ya... " ujar si sekretaris desa membuka percakapan

"Hahaaahaa... Bercanda kamu, ini jatah kamu.. " ujar si kepala desa sambil memberikan segepok uang pada si sekretaris desa, hal yang sama ia lakukan pada bendahara desa dan beberapa perangkat desa lainnya yang datang kerumahnya.

"Akting saya bagus kan pak.. " ujar si pengusaha gadungan tersebut.

"Apalagi saya... " balas si kepala desa.

Malam itu menjadi malam yang panjang bagi mereka, suara gelak tawa tak henti hentinya terdengar dari rumah si kepala desa. Senyum kepala desa mengembang lebar seperti biasanya, sesekali lidahnya membasahi jempol dan telunjuknya untuk menghitung kembali pundi pundi uang yang dimilikinya sembari kepalanya menghitung berapa banyak lagi dana desa yang bisa ia masukkan ke dalam sakunya untuk mengembalikkan modal yang telah di keluarkannya kemarin untuk para warga desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun