“Iyaa, ada kq bu . “ ujar Dadang dengan senyum dan mata berbinar. Wanita tersebut lalu meminta Dadang mengantarkannya ke rumah Dadang dan meminta Dadang masuk ke dalam mobilnya. Dadang pun menurut, walau sebenarnya rumahnya lebih mudah di tempuh dengan berjalan kaki daripada menggunakan mobil karena harus memutar terlebih dahulu lewat jalan depan, tapi yaa.. Apa peduli, kepala Dadang sudah di penuhi dengan gambaran kuah kuning nasi padang yang meresap mantap ke dalam nasi putih hangat yang masih berasap.
Tak berapa lama, sampailah Dadang di depan rumahnya. Dua mobil berhenti di depan rumah kecil dengan dinding papan itu, satu mobil yang sdang di naikinya dan satu lagi mobil besar dengan box di bagian belakangnya yang sedari tadi mengikuti mobil yang di naiki Dadang.
“Makk.. Ada tamu mak.. “ ujar Dadang penuh semangat sambil membuka pintu dan mendapati ibunya masih duduk dengan posisi yang sama dengan kegiatan yang sama, yang berbeda hanya sorot matanya yang menunjukkan bahwa tanduknya sudah mulai masuk kembali ke dalam kepalanya.
“Siapa ?? “ ujar ibunya dengan wajah heran sambil melongok melihat ke depan, lalu kemudian langsung berdiri ketika melihat wanita cantik berkacamata hitam itu telah sampai di depan pintu rumahnya.
“Masuk bu.. “ ujar ibu Dadang sambil mempersilahkan wanita cantik itu duduk pada satu satunya bangku baso yang ada di rumahnya.
“Oh iya bu.. Santai aja.. “ ujar wanita tersebut dengan nada sungkan. Ia lalu mengambil dompetnya yang panjang dari balik tasnya dan mengambil selembar uang 20 ribuan, dan memberikannya pada Dadang.
“Ini buat kamu.. “
“Makasih bu.. “ ujar Dadang penuh semangat. Dadang girang bukan kepalang, ia langsung keluar dan menuju ke surganya yang bernama rumah makan padang dimana makanan serba dengan berbagai kuah kuning yang sudah 3 hari terakhir ia idamkan.
Nasi putih berbentuk setengah lingkaran dengan ayam kari yang di siram kuah kuning bersantan dengan beberapa potong nangka dan sambal hijau di bagian pinggir kini tersaji dengan di hadapan Dadang, yang kemudian langsung di lahap Dadang tanpa ampun, dalam hatinya terselip rasa terima kasih pada malaikat yang tadi di utus Tuhan yang telah mengabulkan mimpinya dalam 3 hari terakhir.
Sementara di rumah
Ibu Dadang hanya bisa menatap lemas mesin jahit yang menjadi satu satunya mata pencahariannya diambil oleh wanita yang dibawa bertamu oleh Dadang ke rumahnya, meskipun ia sudah memohon mohon dengan sangat.