Mohon tunggu...
surya hadi
surya hadi Mohon Tunggu... Administrasi - hula

Pengkhayal gila, suka fiksi dan bola, punya mimpi jadi wartawan olahraga. Pecinta Valencia, Dewi Lestari dan Avril Lavigne (semuanya bertepuk sebelah tangan) :D

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Carrer atau Calling?

14 November 2015   09:27 Diperbarui: 14 November 2015   15:23 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber gbr : net"][/caption]

 

Pilih carrer atau calling ?? Sejujurnya, itu adalah 1 hal yang selalu saya tanyakan pada diri saya dalam beberapa bulan terakhir. Sebuah pertanyaan yang mungkin sangat sederhana, namun cukup untuk membuat saya berpikir panjang dan gelisah, dan bahkan sampai hari ini saya belum bisa menjawabnya.

Semua berawal dari pertanyaan dan pernyataan dari orang yang di tuakan (karena memang dia sudah tua) di komunitas kami yang menanyakan tentang karir saya, yang kemudian dilanjutkan dengan ceritanya bagaimana ia membangun karirnya hingga sekarang ia bisa di bilang sukses sebagai pengusaha.

Siapa sih yang tidak mau memiliki karir yang cemerlang ?? Yang pasti imbasnya pada kecukupan dalam segi financial, dan ekonomi. Toh, kan ada pepatah yang baru saya buat yang berbunyi : “Kalau ada uang, apa yang perlu di khawatirkan ??

Tapi..

Apa iya esensi dari hidup itu hanya membangun karir dan jadi kaya raya ?

Bagaimana jika karir yang kita bangun itu hal yang tidak kita suka ? Bersyukurlah bagi mereka yang bisa membangun karir untuk hal yang mereka suka, tapi tak sedikit juga kan dari kita yang bekerja karena terpaksa, karena kebutuhan dan segepok uang yang masuk di rekening, menambah digit dan saldo di awal bulan yang biasanya habis di akhir bulan, dan begitu seterusnya seperti lingkaran setan.

Dalam pandangan saya, saya percaya bahwa setiap dari kita pasti mempunyai tujuan dalam hidup, bukan sekedar memenuhi bumi atau mungkin menjadi kaya. Saya juga adalah orang yang percaya bahwa kita diciptakan/ hadir di dunia dengan satu tujuan yang telah di sematkan Tuhan pada kita. Enggak mau kan dianggap klo kita ada hanya karena hubungan se*ual kedua orang tua kita ??

Mencari Calling Lebih Sulit Di banding mencari uban di kepala

Oke, itu pandangan saya soal calling. Bagi saya, calling bukan sekedar panggilan hidup. Tapi bagaimana kita mempertanggung jawabkan hidup kita. Bagaimana kita menemukan arti lain dari kata bahagia dengan melakukan hal yang kita suka, passionate, dan tak pernah menganggap kesulitan yang ada sebagai beban atau rintangan, tapi sebagai tantangan untuk terus maju ke depan, tanpa peduli soal uang.

Saya yakin,yang di cetak tebal pasti hal tersulit, tapi ada…

Mau contoh ??

Butet Manurung, seorang wanita ‘gila’ yang nekat pergi ke rimba untuk mengajar anak anak pedalaman di sana. Apa ada untungnya secara materi buat dia ketika pertama kali ia terjun ke rimba ?? Tidur dengan nyamuk hutan, sampai harus manjat pohon karena di kejar kejar beruang. Saya yakin TIDAK. Tapi bagi saya, dia adalah orang yang menemukan callingnya. Liat tulisannya disini, bagaimana dia bercerita mengenai bahagianya dia ketika melihat salah satu muridnya membantu ibunya menghitung belanjaan di pasar. Hal yang mungkin kecil bagi kita, tapi bagaimana jika di rimba sana ?? Saya yakin luar biasa rasanya.

Atau mungkin seperti yang dilakukan Andre Graff seorang Prancis yang mengabdikan dirinya di Sumba untuk menggali sumur dan menjamin ketersediaan air bersih bagi masyarakat disana. Dia memilih hidup menjelata di Sumba di banding kembali ke Prancis sebagai pengusaha balon udara

“Inilah hidup saya. Saya tidak pilih hidup di Sumba tapi sekarang saya tidak bisa lari dan tidak mau lari juga.” - Andre Graff

Gila ?? Ya, mungkin sangat gila. Tapi saya yakin banyak dari kita yang mungkin mengaggumi dia dan berterima kasih padanya untuk dedikasinya di Sumba, termasuk saya.

Antara kebutuhan atau kebahagiaan

Pilih mana, membangun karir dengan segepok masalah di kepala, atau mencoba bahagia dengan resiko dompet tipis yang cuma bisa sembunyi di kantong celana ??

Saya tidak mau munafik, bahwa kita semua pasti butuh yang namanya uang, walaupun mungkin uang bukan termasuk kebutuhan dasar (bukan sandang, pangan, papan) tapi dengan uanglah kita bisa memenuhi kebutuhan dasar kita which is artinya uang itu nilainya di atas kebutuhan dasar :D.

Berapa banyak dari kita yang bekerja dengan jubelan keluhan, lelah secara fisik, lelah secara pikiran, hingga mungkin jika digambarkan dalam komik, kepala kita akan keluar asap dan bukan tak mungkin bisa berdampak pada sifat kita di lingkungan kita. Pertanyaan nya :

Kenapa kita (termasuk saya) bertahan ?? Apa yang kita perjuangkan ??

Kebutuhan. Itu jawaban pribadi yang saya berikan, saya tidak tahu dengan anda sekalian. Saya masih butuh uang, gaji bulanan yang cukup untuk buat saya tersenyum lebar di awal hingga pertengahan bulan. Fair ?? Jujur saya gak bisa jawab. Toh dari uang itulah saya mencoba membuat diri bahagia saya dengan cara makan makan, jajan, hingga jalan jalan kalau memang ada kelebihan. Dan kalau jatah jajan sudah habis, mari kembali ke dunia nyata, berkutat dengan data, hingga kadang saya lebih memilih tidak mengerti apa apa namun tetap digaji sama. :D

Memilih antara kebutuhan dan kebahagiaan (ini kebahagiaan sebenarnya ya) itu buat saya sulit gila. Klo melihat contoh di atas (butet dan Andre Graff), saya suka bertanya apa motivasi ‘gila’ yang membuat mereka berani memilih pilihan yang pastinya jarang dipilih orang kebanyakan (bukan bermaksud merendahkan mereka).

“It’s not a choose” begitu kata orang yang dituakan dikomunitas saya menanggapi pertanyaan saya yang dengan sopannya bertanya dengan bahasa ‘lo gue’ mengenai pilihan uang atau hal yang membuat kita bahagia (ingat, dia orang tua). Bagi dia, itu kedua hal tersebut bukanlah pilihan, dan bisa di jalankan secara bersamaan. Misalnya, bekerja dari senin sampai jumat, dan sabtu minggu do your passion. Jawaban yang buat saya pribadi logis dan masuk akal, paling pas, dan paling aman. Paling enggak, gak munafik klo uang emang dibutuhkan.

 

Life Direction

“Klo orang hidup gak ada tujuan, mereka mungkin akan ambil semua pilihan. Diajak ini ikut, diajak itu ikut. Endingnya wasting time. Tapi klo mereka punya tujuan, mereka akan pilih pilih dan enggak sembarangan terima ajakan. “

Kira kira itu kata kata yang keluar dr mulut teman saya ketika kami berdiskusi mengenai life direction. Iya, ini soal tujuan hidup kita yang pasti harusnya membawa bahagia yang sebenarnya, hal hal yang kita lakukan dengan passionate.

Beberapa hari lalu, saya iseng bertanya pada seorang teman saya,

“Klo lo orang kaya banget, dan gak musingin soal duit, lu mau kerja apa ??”

 “Sopir taksi” itu jawaban teman saya.Teman saya adalah seorang yang komunikatif, ia suka ngobrol, dan ketika saya tanya kenapa, dengan pede dia bilang kalau profesi itu bisa nyambung dengan semua kalangan, bertemu dengan berbagai macam profesi dan karakter orang, dan 1 lagi….

Semua rahasia biasanya ada di dalam mobil :D

Klo di tanya apa tujuan hidup saya, jujur saya belum tahu. Yang saya tahu, saya suka dunia jurnalistik, broadcasting dan segala macam yang berbau media, mulai dr majalah, radio, dan TV. Kenapa ?? Karena saya berpandangan bahwa media punya peranan yang penting dlm suatu Negara. Mimpi saya, jadi jurnalis olahraga, trus dikirim ke Piala Dunia, dan ketemu dengan berbagai media di penjuru dunia. Keren ?? Banget !! Cuma itu masih yang di cetak tebal.

Dan, kalau boleh bermimpi lebih jauh (tentu boleh, ini lapak saya) saya pengen banget menjadi orang yang turut membantu perkembangan dunia olahraga di Indonesia. Kenapa ?? Karena saya percaya SDM kita (Indonesia) punya potensi yang lebih dari cukup untuk membuat Indonesia bangga di bidang olahraga. Sayang rasanya melihat melihat anak anak yang punya mimpi jadi atlit harus mengubur mimpinya dan justru berakhir di meja kantor dengan setumpuk kertas.

Coba pikir, berapa banyak dari anda sekalian yang telah menjadi orang tua setuju jika anaknya ingin menjadi atlit ?? Saya yakin gak akan banyak. Toh, saya juga gak menutup mata kalau profesi atlit masih di pandang suram dan tidak menjanjikan di Negara ini, apalagi atlit atlit untuk cabang olahraga yang kurang popular (nama majalah), padahal kurang popular bukan berarti kurang prestasi. Lihat perahu naga, angkat besi, hingga panahan, semua berprestasi tapi banyak yang seolah tutup mata, atau bahkan bukan tak mungkin ada atlit dari cabang olahraga tersebut yang bernasib naas.

Jadi kalau mau di simpulkan, apa yang saya inginkan adalah membantu perkembangan dunia olahraga di Indonesia melalui media.

Apa yang sudah saya lakukan untuk mencapai hal itu ?? Oke, dulu duluuu sekali saya pernah dengan nekatnya menuliskan sebuah format acara yang kemudian saya email ke stasiun televisi swasta (tabak apa) dan juga ada yang saya kirimkan ke radio, dengan resiko semua berakhir di tong sampah redaksi, atau mungkinn recycle bin computer redaksi. Tapi its oke, at least I try. Itu point nya.

Lalu balik ke calling, apa itu calling saya ?? Itu Life direction saya ?? Jujur, saya juga tidak tahu, yang saya sadar adalah saya cukup punya aware di bidang olahraga dan saya suka dunia media. Hanya saja pada kenyataannya, saya belum ketemu media yang mau mempekerjakan lulusan STM dengan pengalaman kerja sebagai accounting seperti saya.. hahaha. Kuliah ?? Jujur, saya agak sentimentil untuk hal yang satu ini.. J

How About You ??

Dan, sebagai penutup sharing pertama saya ini, saya mau bertanya : Bagaimana dengan anda ?? Mungkin bagi anda sekalian yang saat ini berkarir di bidang yang anda suka, bersyukurlah anda, paling tidak anda berada di jalur yang tepat. Dapat uang plus dapat kebahagiaan, dan bisa menyalurkan passion anda. Tapi bagaimana dengan yang tidak ??

Untuk anda yang mungkin gila astronomi dan rela berjam jam mengamati bintang. Untuk anda yang punya keinginan hati menolong anak anak jalanan, anda yang punya keinginan mengoleksi burung burung karena tergila gila suaranya, atau mungkin anda yang punya mimpi mendirikan panti untuk anak anak yatim. Jujurlah bahwa semua hal itu bukanlah hal yang menghasilkan (bukan bermaksud merendahkan mimpi / calling anda). Yang saya ingin tanyakan bagaimana anda mencoba menjalankan calling yang mungkin tak menghasilkan, di tengah semua kebutuhan yang tak bisa kita munafikkan.

Bersamaan, seperti yang di bilang orang tua di tempat saya, atau menjadi butet kedua yang langsung nyemplung dan jalan ??

Well, semoga saya dan anda mendapat value lain, toh disini kita saa sama belajar kan :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun