Mohon tunggu...
Surya Dharma Hermawan
Surya Dharma Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan membaca, dua hal penting dalam kehidupan manusia yang sering kali terlupakan karena kemajuan teknologi yang pesat.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Meraih Kekuasaan Bersama Paul "Muad'dib" Atreides

26 Maret 2024   16:56 Diperbarui: 26 Maret 2024   17:01 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dune: Part Two, Warner Bros, 2024)

Diam tak berkutik menikmati film yang saya tonton di layar lebar, itulah yang persis saya lakukan saat menonton Dune: Part Two, sungguh a lifetime cinema experience yang apik abis! Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba mengular film ini dengan segala kemewahannya dan juga mengulik sedikit bagaimana sosok pemimpin "Lisan Al-Gaib" untuk para kaum Fremen dihadirkan di film ini.

Obviously, SPOILER ALERT!!!

Penantian panjang saya untuk film ini terbayarkan dengan puas sekali. Ekspetasi saya cukup tinggi untuk Dune Part Two ini, dengan film pertamanya yang saya bisa bilang sukses memikat hati saya dengan fasenya yang lambat dan world buildingnya untuk dunia Dune. 

Namun, di Dune Part Two ini sungguh berbeda dari film pertamanya, fasenya masih lambat tapi terasa cepat berkat storytelling nya yang apik, runtime nya yang berkisar di 2 jam 40 menitan terasa kurang lama untuk film semassive ini.

Pertama, saya akan membahas dialok dan storytelling film ini. Setiap percakapan di film ini terasa sangat exciting, khususnya saat Paul sudah membuka kekuatan penuhnya menjadi Lisan Al-Gaib/Mahdi/Kwisatz Haderach dan berpidato di seluruh suku Fremen, that scene gave me a fu**ing chill!! membuat saya merinding melihat Paul "Muad'dib" Atreides berpidato. Tidak ada pointless dialok di film ini, semua dialok memiliki tujuannya dan tidak terasa membosankan. Every Dialogue is written like poetry!

Berbagai eksposisi misteri-misteri di dunianya diceritakan secara apik, eksposisi-eksposisinya sebagian besar menggunakan visual yang mamanjakan mata, seperti saat Paul melihat potongan-potongan masa depan jika Ia pergi ke Selatan Arrakis, lalu bagaimana film ini menunjukan Feyd-Rautha sebagai seorang yang psikopat, dan masih banyak lagi. Sungguh, Greig Fraser memang a magician dalam bidang sinematografi.

Fase film ini masih bisa dibilang lambat, namun dengan berbagai aksi yang disajikan membuat film ini terasa cepat dan kurang lama. Setiap act di film ini dbuat secara konsisten dengan dialok yang apik dan aksi yang seru namun bermakna, setiap aksi yang dilancarkan oleh kaum Fremen bukan sebagai hiasan film ini agar menjadi seru namun punya impact tersendiri ke jalan cerita film ini. 

Berbagai cgi yang hadir juga terbilang mulus bagus walaupun film ini hanya memiliki budget 190 juta dolar US, dibandingkan dengan Antman and The Wasp: Quantumania yang memiliki budget 275 juta dolar US, Thor: Love and Thunder dengan budget 250 juta dolar US, dan Black Widow dengan budget 288 juta dolar US, Dune Part Two ini jauh lebih baik tidak hanya dari aspek visual/cgi, tapi dari semua aspek filmnya. 

Ini membutikkan bahwa film yang bagus tidak harus memiliki budget yang besar, memang sutradara Dune Part Two ini bukan kaleng-kaleng, yaitu Denis Villeneuve, yang menurut saya sendiri salah satu sutradara terbaik di era sekarang. Apalagi Godzilla Minus One, film yang memenangkan Oscar untuk kategori Best Visual Effect hanya dengan budget kurang lebih 15 juta dolar US saja.

Scoring Dune Part Two adalah sebuah mahakarya, sungguh sebuah scoring yang membuat saya merinding. Padahal untuk scoring Dune Part One saja sudah bagus, tapi di Dune Part Two malah semakin bagus lagi. Hans Zimmer memang mengambil keputusan yang tepat saat Beliau menolak tawaran bekerja dengan Christoper Nolan untuk mengscoring film Tenet. Coba aja deh kalian dengerin sendiri bagaimana epiknya scoring buatan Lord Hans Zimmer 🙌.

(Hans Zimmer, Waldorf Music)
(Hans Zimmer, Waldorf Music)

Gaya kepemimpinan Paul menarik untuk kita bahas, bagaimana Ia yang awalnya menolak takdirnya lalu menerima penuh takdirnya sebagai Lisan Al-Gaib, pemimpin kaum Fremen yang akan membawa mereka ke Taman Firdaus. Pada Dune Part One, sudah diceritakan bahwa Paul merupakan yang terpilih, banyak tanda-tanda yang menunjukan memang Paul adalah Lisan Al-Gaib. 

Film ini menunjukan bahwa kekuatan Agama sangat kuat pengaruhnya kepada sosok ideal pemimpin, tentunya kita cenderung memilih pemimpin yang sesuai dengan kriteria dalam Agama tertentu. 

Dalam hal ini, Paul Atreides adalah sosok yang ideal dan cocok dengan kriteria "the chosen one" dalam keyakinan Fremen. Hal ini juga membuat pengikut-pengikut buta dan fanatiknya akan memandang serta membela Paul Atreides habis-habisan. Fakta objektif sudah terbutakan oleh keyakinan subjektif.

Dune Part Two menunjukan Paul Atreides beserta para pengikutnya, kaum Fremen sebagai orang baik yang tertindas oleh sang Emperor, namun jika kita melihat lanjutan cerita dari novel Dune: Messiah, Paul bukanlah seorang penyelamat tetapi seorang penghancur oleh klan-klan besar lainnya.

Aksi perlawanannya melawan klan-klan besar yang tidak mendukungnya kedudukannya sebagai sang Emperor yang baru membuahkan hasil mengerikan, 61 miliar jiwa mati diseluruh galaksi, 90 planet disterilsasikan, 40 Agama punah, dan 500 planet hancur. 

Hal ini membuat Paul Atreides dibenci oleh banyak orang, Paul tidak bisa mengendalikan keganasan kaum Fremen yang membabi buta, membuktikan bahwa kekuatan yang sebenarnya bukan pada diri kita sebagai satu individu, tetapi kekuatan sebenarnya terletak pada rakyat. 

Paul sebagai seorang pemimpin tidak bisa memerintah dengan baik sehingga membuat banyak konspirasi untuk menyingkirkan Paul Atreides. Hal ini menunjukan bahwa pintar berbicara saja tidak cukup dalam memerintah suatu sistem pemerintahan, dibutuhkan kebijaksaanaan, disiplin, kerja keras, relasi yang baik, dan sosok yang tegas serta bertanggung jawab.

Terlepas dari gaya kepemimpinan Paul Atreides, film ini adalah sebuah mahakarya tahun 2024 oleh Denis Villeneuve, sebuah film yang seru dan asik untuk disaksikan di layar lebar, khususnya IMAX. Saya sangat tidak sabar menantikan Dune: Messiah dan saya berharap Denis bisa membuat sesuatu yang lebih megah lagi dari Dune Part Two, tentu itu akan sangat menantang untuk Denis, tetapi saya yakin seorang Denis Villeneuve mampu mencapai hal tersebut. WELL DONE AND GOOD JOB DENIS VILLENEUVE!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun