Ya, saya kira semuanya akan menemukan titik temu yang baik tanpa perlu mengorbankan masyarakat kecil dengan duduk bareng bikin model dan konsep yang sesuai lagi. Memang aturan itu sifatnya memaksa agar di ikuti. Tapi bila aturan dan model sudah tak lagi sejalan, kenapa masih dipertahankan?
Suara saya ini mungkin sangat lirih, dan cenderung diabaikan bagi para pihak terkait. Tapi tak menjadi masalah. Paling tidak, saya sudah lega untuk berbagi.Â
Telah banyak tulisan dan tawaran solusi dari para penulis lain yang lebih baik di beberapa waktu sebelumnya terkait dengan issue kenaikan iuaran BPJS Kesehatan yang kian mentereng.
 Namun saya melihat belum banyak yang memperdulikan problem dasar ini. Saya tak perlu lagi menawarkan panjang lebar terkait konsep solusi tertentu karena masing-masing pihak sejatinya telah memahami problemnya masing-masing, apalagi ditambah para petinggi yang bergelar dan berpakar untuk segera mengatasinya tanpa diajarkan lagi.
Kami hanya berharap, ada layanan kesehatan yang benar-benar melayani dengan sepenuh hati tanpa pandang kelas. Ah, itu juga hanya sebatas harapan. Tentunya juga tidak adil sebegitu, Jika yang merasakan enak hanya masyarakat saja, toh pengelola dan pemerintah bagaimana?
Maka ada baiknya para pihak yang terdiri dari; masyarakat sebagai peserta, rumah sakit, BPJS Kesehatan dan Pemerintah untuk duduk bersama sambil ngobrol santai untuk menemukan solusi yang terbaik terkait kenaikan iuran BPJS Kesehatan, jangan sampai karena sungkan dan tandensi tertentu mengorbankan dan membebani masyarakat lagi. Semoga.!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H