Mohon tunggu...
Surtan Siahaan
Surtan Siahaan Mohon Tunggu... Penulis -

Berbahagialah orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban. Bagi yang memberhalakan kesuksesan, tapi gagal, boleh ditunggu di lapangan parkir: siapa tahu meloncat dari lantai 20. -Seno Gumira Ajidarma-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Sebuah Karya Tulis Dihargai Rendah?

20 Juni 2018   17:40 Diperbarui: 21 Juni 2018   09:25 1895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca Juga: Memberi Makan Fakir Miskin, kok, Malah Dibully?

Penulis vs Pedagang

Bicara tentang rendahnya harga sebuah karya tulis, saya pribadi mengalami perubahan pendapat. Ini berawal dari iklan lowongan kerja sebuah website yang saya baca beberapa waktu lalu.

Iklan tersebut mengumumkan bahwa sebuah perusahaan sedang mencari seorang penulis profesional yang berpengalaman menulis tema-tema finansial dan memahami SEO. Harga upah yang ditawarkan menurut saya cukup layak yakni Rp 15 juta per bulan.

Setelah membaca iklan tersebut saya merenung. Jangan-jangan yang membuat nilai sebuah karya tulis rendah itu tak lain karena ketidakmampuan kita mempertemukan produk yang kita hasilkan (dalam hal ini karya tulis) dengan pasarnya. Atau, dalam kata lain, kebanyakan penulis tidak mampu melakukan analisis peluang dan tidak punya kemampuan pemasaran yang baik.

Tapi, kita bisa saja mengelak, "Ahh...... saya kan penulis bukan pedagang! bukan petani!". Hai bung, jika kamu menggantungkan penghasilan dari menulis, tulisanmu itu adalah komoditasmu, kamu adalah produsennya. Apapun barang yang kita produksi, tidak akan laku jika kita tidak cakap memasarkannya, tidak mampu memodivikasinya sesuai keinginan pasar atau tidak mampu memaksimalkan peluang yang ada.

Contohnya, kita sadar bahwa sekarang adalah era digital di mana banyak perusahaan membutuhkan penulis yang punya pemahaman SEO. Namun, bukannya memoles keahlian kita menulis dengan pengetahuan mengenai Teknik SEO, kita justru mengutuk peluang itu sendiri.

Baca Juga: Mudik Lewat Pantura, Siap-siap Kenyang Kampanye Politik


SEO Sebagai Kejahatan Intelektual

"Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan," tulis Leila Chudori dalam novel barunya, Laut Bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun