Balada "THR" Bocah. Â
Udah dari kecil diajarin "minta-minta", setelah dikasi langsung ngeloyor ga pake bilang terima kasih. Setelah amplop dibuka, dan isinya di bawah rata-rata amplop yang sebelum-sebelumnya, langsung ngomel.Â
"Yah cuma segini doang...si kak itu aja ngasihnya lebih banyak..." Udah gitu emaknya malah Cuma ngeliatin sambil ketawa-tawa. Selalu, tiap tahun ada aja cerita kayak gini.
Kata-kata di atas merupakan cuitan seorang teman di media sosial miliknya tepat saat perayaan Lebaran 2017 lalu. Saya teringat kembali akan cuitan tersebut saat tengah mencari ide mengenai tulisan ini.
Rin, teman saya itu, mengungkapkan kekesalannya karena menilai banyak anak zaman sekarang kehilangan etika dan tata krama. Sebagai orang yang juga pernah merasakan serunya berburu amplop Lebaran, seingat dia, tidak pernah ada anggota keluarganya entah itu kakak maupun adiknya berbuat kurang ajar seperti apa yang dialaminya tahun lalu.
Rin merasa, tidak hanya pemahaman anak tentang Idul Fitri sudah bergeser, melainkan tidak memadainya pengetahuan anak mengenai sopan santun.
Sopan santun memang sebaiknya diajarkan sejak kecil. Sehingga, ketika dewasa kelak, si anak akan menjadi orang yang mudah menyesuaikan diri dengan tata tertib dan adab yang berlaku di masyarakat.Â
Urusan pendidikan karakter anak juga bukan hanya tanggungjawab guru di sekolah, lho, melainkan tanggungjawab bersama antara guru, orangtua dan keluarga.
Banyak kesempatan untuk mengajarkan anak tata krama, momen bagi-bagi amplop saat Lebaran merupakan salah satu waktu yang tepat. Tidak bermaksud sok tahu dan menggurui, namun saya punya sejumlah poin yang sebaiknya diajarkan orangtua pada anak kecil saat momen salam tempel Lebaran.