Mohon tunggu...
Surtan Siahaan
Surtan Siahaan Mohon Tunggu... Penulis -

Berbahagialah orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban. Bagi yang memberhalakan kesuksesan, tapi gagal, boleh ditunggu di lapangan parkir: siapa tahu meloncat dari lantai 20. -Seno Gumira Ajidarma-

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Cerpen| Mimi Basinah

30 Mei 2018   22:32 Diperbarui: 31 Mei 2018   14:03 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali dia pernah gagal, namun belum menyerah. Maklum, sejak kecil Manto ingin sekali menjadi polisi. Menurutnya, pekerjaan sebagai penegak hukum itu mulia. Polisi menolong orang lain dengan memberantas kejahatan. Dengan menjadi polisi, Manto juga yakin bisa meningkatkan kondisi ekonomi keluarganya.

Di tengah hangatnya obrolan, Darsam ingat betapa suasana berubah murung ketika RRI Cirebon mengganti siaran lagu-lagu daerah dengan laporan langsung dari Jakarta.

Penyiar memberitakan keadaan ibukota yang memanas. Beberapa hari setelah peristiwa penembakan mahasiswa, huru-hara terjadi di seantero Jakarta. Fokus berita adalah laporan reporter di lapangan yang memberitakan kebakaran hebat di Yogya Klender. 

Ratusan orang dikabarkan terjebak dalam bangunan yang berkobar. Sejumlah ledakan juga terdengar dari dalam bangunan tempat Manto bekerja. Basinah menangis terisak-isak, sementara Darkam berusaha menghibur. Suaminya berjanji akan menyusul Manto jika dalam beberapa hari dia belum pulang.

Seminggu setelah siaran itu, Manto belum juga pulang. Darkam bersama Pak Kuwu dan sejumlah tetangganya menyusul ke Jakarta. Berbekal alamat dalam surat-surat anaknya, rombongan mendatangi pondokan tempat Manto tinggal. 

Namun, ibu pemilik pondokan mengaku Manto sudah lama tidak pulang. Darkam lebih terperanjat lagi ketika mencoba mencari informasi ke tempat anaknya bekerja. Bangunan pusat perbelanjaan tersebut kosong dan rusak berat. Bau busuk dan daging gosong tercium dari dalam gedung. Nyaris putus asa, dia mendatangi Polres Jakarta Timur yang kemudian menyarankan Darkam untuk mencari anaknya di Rumah Sakit Cipto. 

Di sana, semangat Darkam redup sama sekali. Dia memutuskan untuk langsung pulang malam itu juga setelah melihat ruang jenazah penuh dengan sekitar 600 mayat yang sudah jadi arang. Tak mungkin lagi mengenali apakah Manto adalah salah-satunya

Tangis pecah sejadi-jadinya ketika Darkam dan rombongan tiba di rumah. Berhari-hari Basinah hanya menangis, pingsan lalu menangis kembali. Dia tidak makan maupun minum hingga akhirnya digotong ke puskesmas kecamatan karena dehidrasi dan kelaparan. Hampir seminggu Basinah dirawat.

Sepulangnya dari perawatan, tangis Basinah berganti diam. Tidak satupun kata-kata keluar dari mulutnya. Darkam sudah mencoba segala cara untuk membujuk istrinya. Namun, usahanya sia-sia. Basinah seakan lupa pada seluruh kata-kata yang dipelajarinya sejak kecil. Semenjak itu, sebagian besar hidupnya diisi dengan tidur, melamun dan sesekali makan. Dia pun enggan pergi ke luar rumah

Namun, setiap Lebaran menjelang, terang dalam kepala Basinah akan menyala sekali lagi. Gelap yang memekati kesadarannya tersibak. Sekali dalam setahun, dia akan kembali hidup karena dihidupi oleh keyakinan bahwa Manto, bocah lanangnya akan pulang untuk berLebaran. 

Mimi Basinah pun akan pergi salat subuh di Masjid Kepuh, belanja daging dan memasak empal gentong kesukaan anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun