Secara kolektif terlihat ketangguhan masyarakat Bali. Sampai tulisan ini dibuat, mereka masih gigih berjuang, tidak melakukan penjarahan atau kejahatan. Bahkan data dari Polda Bali menunjukkan tingkat kriminalitas tahun 2020 turun hingga  32,66 %. Bahkan Polres Badung melaporkan selama pandemik, kriminalitas turun hingga 40 %.Â
Akan tetapi di balik itu, sejumlah laporan tetap menghantui, seperti adanya laporan peningkatan kekerasan terhadap anak dan perempuan dalam rumah tangga, sampai pada tingkat perceraian. Pandemik memang menguji mental seseorang maupun komunitas. Lagi-lagi secara kolektif, masyarakat Bali patut dipuji tingkat resiliensinya.Â
Ujaran Kebencian di Tengah Pandemik
Belum ada publikasi penelitian  tentang ujaran kebencian selama pandemik, akan tetapi tampaknya memang mengalami peningkatan terutama yang terlihat di sosial media. Apakah itu karena ekspresi dari depresi atau faktor lainnya, kita harus menunggu data yang mungkin ada lembaga yang akan merilis.Â
Berbagai konflik internal memang tampak mencuat selama pandemik dan banyak yang berujung pada laporan kepolisian. Ada beberapa hipotesa akan hal ini, di antaranya memang ada dugaan dipicu oleh depresi akibat hantaman pandemik dan juga "diskursus identitas Agama-Adat" yang tampaknya belum selesai sejak tahun 1920-an. Namun ada optimisme yang tinggi, bahwa masyarakat Bali masih dinaungi dengan nilai-nilai kebaikan yang akan terus diupayakan pertumbuhannya.
Melalui tulisan ini, sebagai akademisi saya menyarankan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Bali secara bersungguh-sungguh mengupayakan kebangkitan ekonomi Bali yang terdampak paling parah di Indonesia.
Ekonomi adalah pilar kuat pertahanan. Pemerintah hendaknya berkonsentrasi pada bidang ekonomi dan kesehatan dan dilakukan "kebijakan khusus" bagi Bali. Tingkat resiliensi masyarakat Bali cukup tinggi dan jika ekonomi bisa tumbuh baik, maka banyak persoalan lain akan mampu diatasi sendiri.
Jangan memberikan kebijakan semu dan jangan disamaratakan dengan Jakarta, Jabar, Jatim. Bali yang selama ini telah memberikan lebih kepada pemerintah pusat, sepatutnya mendapat perhatian lebih dalam kondisi krisis ini.
Mau tidak mau, Bali masih tergantung dengan pariwisata dan saat ini wisatawan domestik menjadi solusi jangka pendek. Denda razia masker, bagaimanapun tidak bijak. Pendekatan yang lebih soft masih dapat dilakukan mengingat masyarakat Bali tergolong taat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H