Mohon tunggu...
Surpi Aryadharma
Surpi Aryadharma Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Dharmapracaraka

Gemar membaca, Mencintai Negara, Mendidik Anak Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Candi Prambanan (Sivagrha) Babon Teologi Hindu Nusantara

6 Juli 2020   21:00 Diperbarui: 13 Februari 2021   05:41 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para peneliti sebelumnya berkesimpulan Prambanan dibangun pada masa keemasan dinasti Sailendra yang berlangsung selama 110 tahun (750 --- 860 M). Pembangunannya melibatkan sejumlah Brahmin, Silpin, dan berbagai keahlian lainnya, memakan waktu yang cukup lama.

Dari pengkajian dan analisis yang dilakukan, Prambanan meyakinkan sebagai Babon Teologi Hindu Nusantara, bukan sekedar kompleks percandian yang merupakan pusat spiritual masyarakat. 

Secara umum, kuil Prambanan diketahui mengagungkan tiga Dewa- Trimrti yakni Brahm, Vinu dan Siva. Tetapi jika dilihat dari strukturnya, candi Siva sebagai pusat berukuran lebih besar dan lebih tinggi. Ini bermakna sebagai konsep Sivaistik, yakni walaupun memuja tiga Dewa dan dewa-dewa lainnya, tetapi Siva sebagai puncak pemujaan dan puncak kesadaran.

Pemujaan Trimrti sesungguhnya bukan memuja tiga Dewa Brahm, Visnu dan Siva secara setara-sejajar, melainkan pemujaan berkonsep kosmologi dengan mengagungkan Siva dalam konsep Sivaistik atau Visnu dalam konsep Visnuistik(Vaisnava). 

Selain Pemujaan Trimrti, Prambanan juga kental dengan pemujaan akti atau Dewi dengan dipujanya Durgamahisasuramardhini, yakni Durga yang sedang membunuh raksasa berupa siluman kerbau. Selain itu masih ditemukan arca-arca Dewi di kompleks pemujaan ini disamping arca Dewa lainnya. 

Hal ini menunjukkan Prambanan walaupun sebagai tempat pemujaan tiga Dewa utama, tetapi menarik dan menyatukan para pemuja dalam sebuah kompleks pemujaan yang besar.

Walau penelitian ini lebih banyak mampu mengungkapkan peradaban agung masa lampau, tetapi diharapkan  memberikan spirit di masa kini. Tidak ditemukan bukti tertulis tentang konsep pemujaan yang dilakukan. 

Namun berdasarkan struktur kuil, sangat mungkin untuk melakukan parikrama, berputar keliling pradakia, yakni mengikuti arah keberuntungan. Demikian pula pada setiap arca di kompleks ini tapakannya berupa yoni yang lengkap dengan saluran air sehingga dipastikan di masa lalu dilakukan upacara penyucian dan penghormatan dengan melakukan abhiseka (upacara pemandian arca).

Selama lebih dari dua belas abad, kompleks Candi Hindu termegah di Nusantara ini terus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, pemerintah setempat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan sekedar tumpukan batu yang mati.

Tetapi membuat perekonian berputar sebagaimana putaran yantra yang menjadi konsep dasar pembangunannya. Namun sayang, nyaris keseluruhan arca di kuil Prambanan dalam kondisi yang kotor dan nyaris dapat dipastikan tidak dilakukan upacara abhiseka selama ratusan tahun. 

Ketika dilakukan upacara peresmian Candi untuk dibuka kunjungan, tidak ada catatan pernah dilakukan upacara abhiseka. Upacara ini bukan saja bernilai spiritual tetapi secara fisik akan memelihara arca pada kondisi yang baik dan bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun