Mohon tunggu...
Siti SurohHolisoh
Siti SurohHolisoh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Seorang perempuan yang tertarik mempelajari hal-hal baru, serta menyukai tantangan. Saat ini ia sedang mencoba menekuni dunia kepenulisan baik fiksi maupun non fiksi. Di samping itu, ia juga menyukai kegiatan olah raga dan berbagai macam gerak fisik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ngking Guru

24 Agustus 2023   12:30 Diperbarui: 24 Agustus 2023   12:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak kah dia makan dulu sebelum pergi tadi?" Ngking kemabali bertanya, tapi istrinya hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Si Dali itu anakku satu-satunya Gun. Anak bujangku yang Gagah. Dia tiga tahun lebih tua darimu"

Ngking menceritakan tentang rasa syukurnya karena telah dikaruniai seorang anak laki-laki di usianya yang tidak lagi muda. Ternyata Ngking sudah dua kali berumah tangga. namun pada pernikahannya yang pertama hingga istrinya meninggal dunia Ngking belum sempat dikaruniai seorang anak. Setelah 5 tahun ditinggal sang istri barulah Ngking kembali membina rumah tangga dan dikaruniai anak saat usianya memasuki tahun ke 45. Lengkaplah kebahagiaan keduanya. Tetapi sudah menjadi hukum tak tertulis bahwa ujian dan cobaan akan menghampiri siapa pun yang hidup di dunia ini. Anak yang didambakan tersebut memiliki sifat yang sedikit berbeda dari kedua orang tuanya. Sejak memasuki bangku SMP anak itu emosinya sering tak terkendali. Dan sejak SMA rumah baginya hanya dijadikan sebagai tempat ganti baju. Jarang sekali ia tinggal di rumah.

Setelah mendengar cerita Ngking, perasaanku menjadi tidak karuan. Ada perasaan sakit yang menyeruak ke permukaan. Kenapa orang tua sebaik ini sampai disia-siakan. Orang tua yang sejak dulu aku dambakan. Aku baru tahu bahwa Ngking memiliki anak bujang. Sumpahku: ketika aku bertemu dengan si Dali, satu dua tonjokannku harus ia rasakan.

"tapi bagaimana pun dia, dia tetaplah anakku. Aku sangat menyayanginya." sekarang tatapan Ngking kosong. "dan Kau, aku pun menyayangimu seperti aku menyayangi anakku sendiri" tangannya meraih Pundak dan merangkulku.

Tita-tiba tawa dari mulutku meledak tapi tangis pun tak bisa tertahankan. Sehingga Ngking pun keheranan dan bertanya memastikan bahwa aku baik-baik saja.

"kini aku baru tahu, orang tua yang aku benci, yang kukira tak pernah ada waktu untuk anaknya, mereka pun pasti tidak jauh seperti Ngking. mereka pun menyayangiku. Mereka selalu memperjuangkan kebaikan untuk anaknya" kataku yang masih belum bisa menghentikan air mata yang terus saja mengalir.

Dan bukanlah Ngking namanya jika tidak mengerti perasaan orang yang ada dihadapannya. Ia tersenyum saja mendengar ucapan saya. Senyum khas para guru yang mendapati muridnya berhasil menangkap materi pelajaran yang mereka sampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun