"Gun. Kau tahu? Betapa ruginya laki-laki yang tega menyakiti hati perempuan. Jika bukan karena perjuangan mereka, tidak mungkin kita ada di dunia. karena mereka pula kita terlihat gagah bahkan bisa menjadi seorang ayah. mereka yang rela menukar kebebasannya demi untuk melayani kita. Meskipun merasa lelah, mereka selalu siap menjadi rumah untuk para suaminya" seperti biasa, dengan semangat Ngking memberikan nasihat. Sampai-sampai ia lupa bahwa dirinya sedang terluka.
"aku sedikit tidak setuju dengan kalimat-kalimat terakhirmu. Bagaimana dengan para perempuan hari ini? Mereka yang justru malah bertolak belakang dengan apa yang Ngking paparkan tadi." Terlintas wajah ibu di benakku.
"ya aku tahu. Tapi mereka adalah tanggung jawab kita, para lelaki. Jika mereka tidak baik, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah berkaca. Betulkan prilaku kita terdap mereka? Dan aku sangat yakin bahwa kau akan tumbuh menjadi lelaki yang sangat tanggung jawab terutama untuk perempuanmu kelak."
"Kamu sudah tua. Janganlah mempercepat prosesku untuk menjadi janda!" kembali terdengar suara rajukan dari istri Ngking. Ia semakin kesal karena ocehannya terabaikan.
"aku sudah bilang: aku sangat bersyukur bisa memperistrimu. di dunia ini, tidak ada hadiah terindah selain dirimu. Jika kau ingin marah, selama itu bisa membuatmu lebih tenang, maka marahlah. Silahkan!" Ngking mulai mengeluarkan jurusnya. Ia terlihat seperti seorang ahli, ahli gombal. "tapi disamping itu, aku juga percaya bahwa istriku tahu betul tentang bagaiman etika yang baik terhadap suami."
Sejurus kemudian muka Istrinya Ngking menjadi merona karena tersipu. Sedangkan aku tertawa melihat kelakuan sepasang suami istri itu.
"nah ini baru istriku Gun. Tersenyum. Seharusnya yang disimpan di kotak P3K itu senyum istriku saja, karena bagiku tidak ada obat yang lebih mujarab selain senyumnya." Aku tak habis pikir, manusia seusia Ngking masih sangat pandai menggombal. Satu lagi yang harus kutiru darinya.
"aneh-aneh saja" Istrinya semakin tersipu.
"dan sekarang senyum istriku ini sudah mulai bereaksi. Nafsu makanku meningkat. Aku lapar." Ngking semakin semangat menggoda istrinya.
"Krelekkk..." Kali ini suara perutku langsung sepakat dengan pernyataan Ngking. Aku garuk garuk kepala. malu bukan kepalang. Perut ini benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Dan kini sepasang suami-istri itu balik mentertawaiku.
"Ngking" cepat-cepat aku mengalihkan perhatian. "boleh aku bertanya sesuatu?"