Mohon tunggu...
Siti SurohHolisoh
Siti SurohHolisoh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Seorang perempuan yang tertarik mempelajari hal-hal baru, serta menyukai tantangan. Saat ini ia sedang mencoba menekuni dunia kepenulisan baik fiksi maupun non fiksi. Di samping itu, ia juga menyukai kegiatan olah raga dan berbagai macam gerak fisik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ngking Guru

24 Agustus 2023   12:30 Diperbarui: 24 Agustus 2023   12:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kataku dalam hati, persetan dengan kebaikan. Apa gunanya melakukan kebaikan jika itu mengundang kecelakaan?

Aku sendiri adalah salah satu murid ternakal yang seharusnya pernah diajarinya waktu kelas 10. Tapi aku mengenal Ngking bukan di kelas pada umumnya, melainkan di ruang BK di pertengahan kelas 11. Sejak saat itu hingga sekarang aku selalu mengagumi caranya menyampaikan nasihat serta aksi nyata di atas kebaikan-kebaikannya. Sudah beberapa kali akusengaja menemui bahkan berkunjung ke rumahnya, tapi kali ini aku terpaksa harus menyaksikan peristiwa tidak mengenakan. Ngking dikeroyok beberapa preman di perjalanan menuju rumahnya. Untung saya masih menguasai betul beberapa jurus andalan ketika saya masih menjabat sebagai panglima tawuran, maka sempatlah saya mngusir preman-preman terminal itu.

"dasar banci. Beraninya ngeroyok orang tua. Jangan lari kalian!"

"Gun, Sudah! Biarkan saja. Jangan dikejar!" Suara lemas Ngking yang menggagalkan niatku untuk mengejar preman-preman tadi. Aku pun beringsut menghampirinya.

"Ngking tidak apa-apa?" aku mencoba memastikan.

"Begini begini dulu Ngking jagoan sepertimu." orang tua itu memamerkan otot tangannya yang sudah mulai mengendur dan sedikit meringis kesakitan, sedang tangan satunya menepuk-nepuk pundakku.

"kamu belum makan kan? Mari ke rumah. Telur asin sudah menunggumu."

Aku tidak bisa menolaknya. Lagi pula mana mungkin aku tega membiarkan guruku pulang sendiri dalam keadaan babak belur seperti itu.

Sekitar jarak 10 meter dari rumah, sudah terlihat istri Ngking tengah menunggu di ambang pintu. Kemudian setelah kami sampai sang istri dengan wajah sangat khawatir segera menghampiri dan memapahnya ke dalam rumah. Meja makan. Itulah tempat ternyaman untuk menerima tamu versi Ngking.

"pasti ngking berulah lagi. Sudah kubilang, tidak semua orang bisa diajak bicara. Tidak semua orang butuh ilmu. Mereka memang terlahir seperti itu, percuma saja mengajaknya untuk berubah. Coba kau dengar istrimu sekali saja, pasti ini tidak akan terjadi." Cerocos sang istri sedang tangannya sibuk menyiapkan kotak P3K dan peralatan untuk mengobati sang suami.

Ngking hanya tersenyum melihat kelakuan sang istri yang 15 tahun lebih muda darinya. "luar biasanya perempuan. Mana sanggup aku jadi jadi sepertinya. Dalam keadaan kesal ia masih bisa mengobati penyebab kekesalannya. Fokus kerjanya seperti tak pernah hilang walaupun sering kali dibarengi dengan omelan-omelah" Ngking melirik ke arahku yang sedang duduk di kursi sebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun