Mohon tunggu...
surnayanti mm
surnayanti mm Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Lampung

memasak, treveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agroforestri "Pekarangan" sebagai Solusi Ketahanan Pangan dan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim

18 September 2022   21:41 Diperbarui: 19 September 2022   10:18 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis:

Surnayanti , Christine Wulandari, Slamet Budi Yuwono dan Rahmat Safe’i 

Program Doktor Ilmu Pertanian,  Universitas Lampung

 

Definisi dan Ruang Lingkup Agroforestri

Agroforestri merupakan kombinasi antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim.

 Menurut Wulandari et al. (2020) agroforestri sebagai sistem pemanfaatan lahan berkelanjutan yang dapat memelihara atau meningkatkan total hasil dengan mengkombinasikan tanaman pangan dengan tanaman pohon-pohonan dan/atau ternak dalam suatu unit lahan, baik dalam kurun waktu yang bersamaan atau berbeda dengan pengelolaan yang sesuai dengan karakteristik sosio kultural, kondisi ekonomi, dan lahan.

Biasanya agroforestri diaplikasikan di hutan rakyat, hutan negara dengan sistem HKm (Hutan kemasyarakatan) atau pun di pekarangan rumah. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki pekarangan dengan pola tanam agroforestri tertentu terutama di daerah pedesaan. 

Setiap daerah memiliki pekarangan dan juga kekhasan yang berbeda-beda, dan hampir setiap daerah memiliki bahasa sebutan yang berbeda-beda untuk agroforestri pekarangan. 

Hal ini terjadi karena agroforestri pekarangan memiliki karakteristik yang unik dan diperlukan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan keseharian pemiliknya. 

Adanya agroforestri seperti ini dapat didefinisikan bahwa dalam satu lahan terdapat tempat tinggal selain juga terdapat beragam jenis tanaman vegetasi penyusun tanaman yang menarik dan bermanfaat seperti berbagai jenis tanaman musiman dan tanaman tahunan yang terdiri berbagai banyak jenis, juga ada ikan, ternak bahkan madu.

Dengan banyaknya jenis kombinasi yang ada di pekarangan bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan rumahan tetapi juga memiliki nilai jual. 

Soetomo (1996) menyatakan bahwa pekarangan memiliki peranan yang penting bagi masyarakat yaitu sebagai penyangga kebutuhan ekonomi sekaligus memberikan manfaat ekologis, sosial budaya, dan estetika. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (1999) dan Wulandari (2013), kelestarian pekarangan juga didukung variabel sosial budaya, ekonomi dan ekologi secara optimal. 

Keberlanjutan pemanfaatan pekarangan sangat mungkin terjadi. Pekarangan yang dikelola secara agroforestri akan menyediakan hasil pangan, pakan ternak, pupuk hijau, kayu bakar dan kayu bangunan secara simultan. Selain itu, pekarangan juga memiliki peran ekologis dengan menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah dan mencegah erosi sekaligus iklim mikro di sekitar rumah.


Pekarangan Penyeimbang Kebutuhan Ekonomi Masyarakat

Bagi masyarakat desa, pekarangan menjadi penyeimbang perekonomian masyarakat. Berdasarkan penelitian Iskandar (2016), ekosistem agroforestri pekarangan memiliki fungsi ekosistem yang sangat beragam dan sangat membantu perekonomian masyarakat desa. 

Biasanya dalam satu lahan pekarangan bisa terdapat berbagai jenis tanaman tahunan seperti tanaman Multi Purpose Tree Species (MPTS) misal mangga, nangka durian, jengkol, pete, tangkil dll, terdapat juga tanaman musiman seperti sayur-sayuran, tanaman empon-emponan, bahkan ada yang kombinasi dengan peternakan dan kolam ikan serta madu.

Semakin banyak jenis tanaman yang ditanam di pekarangan dengan pola tanam yang berbeda-beda mulai dari yang bernilai ekonomi tanaman tahunan (kelapa, karet, nangka, mahoni, lamtoro, kaliandra, turi, dan lain-lain), tanaman perkebunan (kopi, kakao, dll), juga tanaman pertanian (sayur-sayuran, padi gogo, empon-emponan dll) menjadikan semakin banyak pula pendapatan yang didapatkan oleh masyarakat. 

Berdasarkan penelitian Yustha (2017) pada daerah Sidomulyo Katingan terdapat 19 jenis untuk tanaman tahunan dan 16 jenis tanaman semusim dapat memberikan pendapatan masyarakat dari pembudidayaan tanaman tahunan dan semusim. (2015) menambahkan bahwa dari beberapa penelitian terbukti pekarangan merupakan sumber pendapatan secara berkelanjutan karena masa panennya berbeda-beda. 

Keberagaman tanaman tersebut meliputi tanaman pangan (buah-buahan, sayuran, karbohidrat), pakan ternak, kayu pertukangan, herbal, sosial, bahan baku kerajinan dan hias serta rempah-rempah.


Pekarangan Penyeimbang Ekologi

Jenis pohon dan komposisi pada lahan agroforestri pekarangan selain menghasilkan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pekarangan juga memiliki fungsi nilai ekologi terhadap tanah, air, mendatangkan makrofauna dan karbon tersimpan di bawah permukaan tanah, 

Berdasarkan penelitian Kuswanto et al. (2016) menunjukkan bahwa karbon tersimpan dalam pekarangan dapat mencapai hingga 20% dari karbon tersimpan total di dalam hutan alami. Hal ini berarti bahwa kepadatan dan pertumbuhan tanaman di dalam pekarangan memiliki kemampuan untuk menyerupai (mimic) kondisi hutan alami. 

Pepohonan di pekarangan yang memiliki biomassa tinggi dan menghasilkan serasah yang bermacam- macam dan terjadi secara terus menerus sehingga menjaga kualitas kesuburan lahan juga meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman dengan baik. Lahan pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman dapat memberikan nilai manfaat bagi pemilik maupun lingkungan sekitarnya.

Dokpri

Salah satu contoh pekarangan belakang rumah Dusun Talang Baru Pesawaran (kombinasi: tanaman pertanian-kehutanan-peternakan)

Peran Agroforestri Terhadap Ketahanan Pangan

 Ketahanan pangan menjadi isu global yang menjadi perhatian seluruh dunia. Organisasi pangan dan dunia FAO (2022) menyebutkan bahwa pada tahun 2021, terdapat 702 - 828 juta jiwa di dunia yang masih mengalami kelaparan. 

Sekitar 424,5 juta jiwa yang mengalami kelaparan adalah penduduk Asia. ketahanan pangan bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan sesaat tetapi juga dapat memenuhi kecukupan kondisi pangan yang dalam jangka waktu tertentu. 

Definisi ketahanan pangan secara rinci menurut Weingartner (2009) merupakan suatu kondisi tercukupinya pangan dalam aspek kualitas, kuantitas, keamanan, dan penerimaan sosial budaya yang tersedia dan dapat diakses untuk dan dimanfaatkan dengan baik oleh semua individu setiap saat untuk menjalani hidup yang sehat dan bahagia. 

Berdasarkan definisi tersebut, pekarangan dapat dikatakan sangat berperan membantu untuk kebutuhan keluarga dalam jangka waktu tertentu. 

Hal ini karena peranan pekarangan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dari gizi yang disediakan oleh tanaman ataupun kombinasi yang ada di sekitar rumah walaupun belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.

Agroforestri Terhadap Perubahan Iklim

Saat ini perubahan iklim merupakan salah satu permasalahan utama bagi lingkungan dunia dan saat ini isu perubahan iklim menjadi tantangan seluruh negara karena perubahan iklim berdampak pada suhu, cuaca dan ini juga akan berdampak pada hasil pertanian, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change menyatakan bahwa perubahan iklim sebagian besar disebabkan oleh peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer, terutama dari sumber antropogenik (Change, 2014).

Pekarangan mungkin tidak seluas lahan perkebunan, lahan pertanian ataupun hamparan hutan. Penerapan sistem agroforestri dengan banyak jenis tanamannya di pekarangan (kombinasi antara tanaman semusim/peternakan/perikanan dan tanaman kehutanan) akan dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan sekitar. 

Menurut Destia et al. (2021) semakin banyak jenis tanaman pada suatu hutan yang dikelola dengan sistem agroforestri maka jumlah karbon tersimpannya akan semakin tinggi. 

Dengan demikian aplikasi tipologi agroforestri yang tepat bisa menjadi salah satu opsi untuk mengurangi perubahan permasalah pemanasan global, terutama dalam melaksanakan program adaptasi perubahan iklim (Wulandari, 2022).

Agroforestri, Ketahanan Pangan Dan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim

Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan cuaca, suhu dengan perubahan kondisi lingkungan. Dengan demikian tentu juga akan merubah hasil panen baik jumlah maupun kuantitasnya. Berdasarkan uraian sebelumnya, antisipasi dampak negatif dapat dilakukan melalui aplikasi pola agroforestri yang tepat dengan kondisi di lapang. 

Semakin banyak jenis tanaman dalam agroforestrinya maka serapan karbon juga semakin meningkat. Bila jenis tanaman di pekarangan yang dikelola secara agroforestri terus meningkat maka kebutuhan pangan yang terus meningkat dapat terpenuhi. 

Tidak akan terjadi adanya stok pangan semakin rendah. Dengan kita mengoptimalkan pekarangan lingkungan terjaga, stok pangan keluarga terpenuhi, gizi keluarga tercukupi. 

Disisi lain, jumlah jenis pohon yang beragam dan jumlah pohon yang semakin banyak di suatu pekarangan maka serapan karbon akan juga turut meningkat sehingga mendukung program adaptasi perubahan iklim (Wulandari, 2021; Wulandari et al., 2021). Berdasarkan kondisi ini, mari kita cintai lingkungan dan cintai keluarga dengan dimulai dari mengoptimalkan pekarangan kita!

 

Referensi

Change, I. P. (2014). C. The Physical Science Basis: Working Group I Contribution to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. (Cambridge University Press, 2014)

Coulibaly, J. Y., Chiputwa, B., Nakelse, T. & Kundhlande, G. (2017). Adoption of agroforestry and the impact on household food security among farmers in Malawi. Agric. Syst. 155, 52–69

Junaidah., Suryanto P., Budiadi.2015. Komposisi Jenis Dan Fungsi Pekarangan

(Studi kasus Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, DI Yogyakarta). Jurnal Hutan Tropis. 4 (1): 77-84

Iskandar, J. dan B.S. Iskandar, 2016. Arsitektur Tumbuhan; Struktur Pekarangan Pedesaan dan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan.Teknosain Yogyakarta.

Kaswanto., Filqisthi, T. A., Choliq, M.B.S. 2016. Revitalisasi pekarangan lanskap perdesaan sebagai penyedia jasa lanskap untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jurnal Lanskap Indonesia. 8 (1): 50-60

Soetomo O. 1996. Mengelola pekarangan sejahtera. Sinar Baru, Bandung.

Wulandari, C., Harianto, S.P., dan Novasari, D. 2020. Pengembangan Agroforestri yang Berkelanjutan dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Bandar Lampung: Pusaka Media.

Weingartner L. 2009. The concept of food and nutrition security. Di dalam: K. Klennert, Editor. Achieving food and nutrition security: Actions to meet the global challenge: A training course reader. 3: 21–52.

Yustha, Y. 2017. Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Sistem Agroforestri oleh Masyarakat di Desa Sidomulyo, Katingan Kuala, Katingan. Agrisilvika. 1 (1): 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun