Mohon tunggu...
SURI MEYLINDA RIZALTI
SURI MEYLINDA RIZALTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MERCU BUANA

SURI MEYLINDA RIZALTI // NIM : 43220010120 // AKUNTANSI // DOSEN : APOLLO, Prof. Dr, M.Si.Ak, CIFM, CIABV, CIBG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Teori Akuntansi Pendekatan Umberto Eco

21 Mei 2022   01:22 Diperbarui: 21 Mei 2022   01:25 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Tanda Semiotis

Permasalahan tanda adalah permasalahan dasar semiotika yang cukup kompleks. Hal ini disebabkan karena semiotika umum memiliki pendekatan antara tanda dan semiosis, padahal keduanya tidak pernah dapat disamakan atau didamaikan. Umberto Eco berusaha untuk melakukan dekontruksi pada permasalahan pemaknaan tanda secara umum yang lebih mengacu pada relasi pasangan petanda dan penanda, padahal permasalahan tanda itu bukanlah permasalahan semiosis ke dalam tiga subjek, yaitu tanda, objeknya dan interpretannya. Dekontruksi permasalahan tanda dapat dimengerti melalui pengertian dasarnya. Eco memulai dekontruksinya pada permasalahan tanda karena selalu berada dalam elemen di ranah ekspresi, yang kemudian berdasarkan konvensi dapat dikaitkan ke dalam elemen ranah. Ini berarti, dalam melihat tanda pembaca harus sudah mengetahui kestabilan sebuah tanda, padahal disini sama sekali belum terjadi proses semiosis. Korelasi itu ternyata cocok dengan definisi Saussure yang menyatakan bahwa suatu tanda adalah korespondensi antara penanda dan tanda. Pada dasarnya, semiotika hanya menginginkan suatu wacana tanda yang lebih sempit dalam proses semiosis. Sebenarnya, semiotika sudah memudahkan kita untuk mengerti tentang tanda melalui sebuah foro atau alur mekanis dalam semiosis. Hal itu dapat membantu dalam melihat citra yang sebenarnya adalah 'representasi' dari kumpulan titik hitam dan putih yang tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis horizontal tak punya arti, berada di antara kehadiran dan ketidakhadiran, serta memiliki intensitas posisi dan kromatis.

2. Objek Semiotis

Dalam memahami peran dan posisi dari objek, terdapat dua cara yang bisa digunakan yaitu melalui konsep Sinn (Sense; Makna) dan Bedeutung (Reference; Referensi). Konsep Sinn dimaksudkan sebagai cara untuk memandang suatu isi melalui konvensi kultural. Sedangkan konsep Bedeutung dipahami sebagai 'tipe' objek yang real dan actual, yang mana itu dirujuk oleh tanda, sehingga Bedeutung merupakan sebuah isi dari sebuah penandaan.

3. Interpretan Relasi

Dalam interpretan relasi antara tanda dan objek memunculkan suatu 'ruang' untuk melakukan pemaknaan, yang mana ide dari pemaknaannya disebut sebagai interpretan. Namun sayangnya, banyak orang yang menyamakan konsep interpretan sebagai penginterpresrasi atau orang yang menerima pesan, padahal tanpa adanya penginterprestasi, interpretan akan tetap ada untuk menjamin validitas data. Definisi interpretan menurut Umberto Eco yakni interpretan merupakan sebuah property intensional dari sebuah 'isi yang sudah terkodekan' sehingga dapat diartikan juga sebagai respons dari perilaku kebiasaan yang ditentukan dalam sebuah tanda. Karena itu, interpretan juga dapat memproduksi sebuah tanda baru. Kemudian, proses semiotis itu memiliki hubungan yang erat dengan sistem semantic dalam filsafat bahasa. Proses semiotis, khususnya melalui konsep pemikiran Eco adalah pembacaan tanda yang didasarkan pada unit-unit kulturan, sehingga kita harus mengetahui bagaimana permasalahan proses semiotis pada permasalahan semantic.

Dengan begitu, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua hal yang menggaris bawahi semiotika filosofis Umberto Eco.

Pertama adalah proses semiosis yang menjadi landasan dari cara kerja semiotika, sehingga tanpa proses semiosis, semiotika tidak akan pernah ada. Semiosis menjadi dasar dari semiotika karena dapat menuntut para pembaca tanda untuk menemukan sebuah arah kebenaran yang lebih rasional. Akan tetapi, kita tetap harus membayangkan bahwa di dalam semiotika, kita tidak akan pernah menemukan apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri sebagai jalan keluarnya.

Kedua adalah unit-unit kultural, yang mana, unit-unit kultural tersebut akan menjadi landasan dasar dari proses semiosis. Tanpa unit-unit kulturan, pembaca disyaratkan tidak akan  pernah membaca isi dari sebuah ekspresi tanda. Oleh karena itu, kita tidak bisa, tidak terseret pada pembacaan suatu tanda yang disandarkan pada entitas kultural. Unit-unit kultural yang Eco ajukan tidak akan pernah lepas dari teks yang menggunakan simbol-simbol bahasa.

what-i-6287d532bb44866cdf01c862.jpg
what-i-6287d532bb44866cdf01c862.jpg
What -- "Apa yang dimaksud dengan Teori Laporan Keuangan sebagai tanda atau Ilmu Semiotika menurut Umberto Eco?"

Pengertian Teori Semiotika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun